Menghitung kebutuhan asuransi jiwa untuk keluarga

Sabtu, 11 Februari 2017 | 09:00 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Menghitung kebutuhan asuransi jiwa untuk keluarga


Kematian adalah sesuatu yang misterius. Tak ada yang pernah tahu, kapan dan di mana kematian akan datang.

Tak kenal usia, status, atau jenis kelamin. Penyebabnya bisa macam-macam: penyakit, kecelakaan, hingga perang.

Itu sebabnya, Eni Hartuti membeli polis asuransi jiwa berbalut investasi alias unitlink untuk dirinya dan sang suami. Sebagai pencari nafkah, karyawati swasta ini juga membutuhkan proteksi jiwa.

“Anak-anak masih sekolah. Jadi kalau terjadi apa-apa, mereka enggak boleh putus sekolah,” tegas perempuan 49 tahun ini.

Ya, asuransi merupakan salah satu cara mengelola risiko yang tidak terduga di masa datang termasuk kematian. Risiko yang dialihkan itu meliputi kerugian material yang bisa dinilai dengan uang, sebagai akibat suatu peristiwa yang mungkin atau belum pasti akan terjadi alias uncertainty of occurrence and uncertainty of loss.

Memang, asuransi tidak bisa mencegah kematian. Tapi, asuransi bisa meringankan beban anggota keluarga.

Untuk mengalihkan risiko kematian, Anda bisa membeli premi asuransi jiwa. Polis asuransi ini akan memberikan sejumlah pertanggungan berupa klaim tunai kepada penerima tanggungan atawa ahli waris bila tertanggung meninggal dunia.

Tapi, “Sebenarnya tidak perlu seluruh anggota keluarga memiliki asuransi jiwa,” kata Budi Raharjo, Perencana Keuangan Oneshildt Personal Financial Planning.

Kalau begitu, siapa anggota keluarga yang paling membutuhkan asuransi jiwa?

Yang jiwanya perlu mendapatkan proteksi, menurut Budi, hanya anggota keluarga yang memiliki nilai ekonomis. Ambil contoh, kepala keluarga yang menjadi pencari nafkah utama.

Namun, Budi bilang, istri yang bekerja juga perlu diasuransikan kalau memiliki kontribusi terhadap pengeluaran rumahtangga. Atau, ada tanggungan yang menggantungkan nafkahnya pada si istri.

Jadi sebenarnya, bukan suami atau istri, tapi anggota keluarga yang perlu diproteksi jiwanya adalah pencari nafkah.

“Jika mengalami apa-apa, kan, tetap dapat penghasilan dari klaim asuransi jiwa. Kalau pencari nafkahnya suami dan istri, dua-duanya harus punya,” ujar Tejasari, Perencana Keuangan Tatadana Consulting.

Hanya memang, Tejasari menyatakan, jika istri juga bekerja tapi penghasilannya untuk diri sendiri alias tidak berkontribusi terhadap pengeluaran rumahtangga, maka dia tidak perlu ikutan asuransi jiwa.

Bagaimana jika penghasilan istri lebih besar dari suami?  Tejasari menegaskan, ukurannya bukan besarnya penghasilan, tapi kontribusi gaji itu untuk keluarga.

“Jadi, tetap keduanya harus punya asuransi jiwa kalau dua-duanya berkontribusi buat keluarga,” tegas dia.

Sesuai kebutuhan

Intinya, Eko Endarto, Perencana Keuangan Finansia Consulting, mengatakan, yang butuh asuransi jiwa adalah mereka yang memiliki tanggungan. Sebab, asuransi jiwa bukan untuk tertanggung tapi buat yang ditinggalkan si tertanggung.

Pilihannya, bisa asuransi jiwa murni atau unitlink. Jadi pilihannya, menurut Budi, itu tergantung dari kebutuhan dan kemampuan daya beli serta siklus keuangan Anda.

Hanya, dalam merancang kebutuhan asuransi jiwa, Budi menuturkan, ada beberapa elemen yang perlu Anda perhitungkan. Misalnya, struktur anggota keluarga yang menjadi tanggungan, kemudian berapa lama kebutuhan proteksi diperlukan, apakah sifatnya sementara atau asuransi jiwa permanen.

Dalam menghitung kebutuhan asuransi jiwa, Anda juga kudu mempertimbangkan inflasi dan hasil investasi jika memilih produk unitlink.

Pertimbangan berikutnya: berapa lama pembayaran preminya, sekaligus dengan premi tunggal atau premi berkala. Ini sangat bergantung kemampuan menciptakan penghasilan dan lamanya usia produktif Anda.

Alhasil, tidak bisa ditentukan, mana produk asuransi yang paling tepat sebelum memperhitungkan berbagai aspek keuangan, kondisi, serta profil Anda. Itu sebabnya, Budi tidak setuju dengan pendapat bahwa tipe asuransi yang satu lebih baik dari yang lain.

“Masing-masing produk memiliki kelebihan dan kekurangannya dan bisa memenuhi kebutuhan tertentu nasabah,” ucapnya.

Sependapat, Tejasari menyatakan, pilihannya bisa asuransi jiwa murni atau unitlink. Yang penting, uang pertanggungannya sesuai kebutuhan Anda.

Contoh, pengeluaran keluarga Anda sebulan sekitar Rp 5 juta sebulan. Maka, uang pertanggungannya kira-kira mencapai Rp 1 miliar.

“Kalau unitlink preminya lebih mahal. Tapi, kalau dananya cukup, ya, bisa unitlink,” imbuh Tejasari.

Asalkan uang pertanggungannya sesuai kebutuhan Anda, menurut Eko, satu polis saja sudah cukup. Cuma, kalau angka yang Anda inginkan sangat besar, sebut saja Rp 10 miliar, Tejasari menambahkan, butuh lebih dari satu polis.

Ada beberapa metode untuk menghitung kebutuhan asuransi jiwa. Tapi gampangnya, Budi bilang, Anda bisa menghitung secara human life value.

Jadi, nilai pengeluaran rumahtangga satu tahun dikalikan dengan berapa lama usia produktif Anda yang tersisa. “Ini cara sederhana menghitung kebutuhan asuransi jiwa,” ujarnya.

Metode lain, melalui pendekatan multipel (penghasilan), pendekatan kebutuhan (needs approach), dan pendekatan kebutuhan modal (capital needs approach).

Untuk needs approach, pendekatan ini memperhitungkan struktur keluarga, kewajiban, usia harapan hidup tanggungan, pengeluaran keluarga, inflasi, dan hasil investasi serta aset-aset. “Masing-masing perhitungan memiliki konsekuensi kelebihan dan kelemahan tersendiri,” kata Budi.

Premi sekitar 10%

Untuk angka uang pertanggungan, menurut Eko, minimal 50 kali pengeluaran bulanan. Sementara angka idealnya sampai 100 kali pengeluaran bulanan.

“Bisa dua cara menghitungnya, pengganti pemasukan atau pengganti pengeluaran. Jadi, Anda bisa pilih salah satu di antaranya,” imbuh Eko.

Jika suami dan istri ikut asuransi jiwa, Tejasari menuturkan, besaran uang pertanggungannya tergantung dari kontribusi penghasilan keduanya terhadap pengeluaran rumah tangga. Misalnya, pengeluaran rumahtangga sebesar Rp 10 juta sebulan.

Sebanyak Rp 8 juta di antaranya dari penghasilan suami, sedang sisanya Rp 2 juta dari istri. Jelas, uang pertanggungan suami lebih besar.

Hanya sebaiknya, Budi menyarankan, penetapannya dengan memperhatikan catatan arus kas serta laporan keuangan keluarga Anda. “Cara ini perlu diagnosa keuangan secara menyeluruh,” imbuhnya.

Untuk besaran preminya, Eko mengatakan, angkanya sekitar 10% dari penghasilan bulanan. Sementara menurut Budi, jika Anda membeli asuransi jiwa murni, preminya 15% dari gaji dan bisa mencapai 35%–40% jika mengandung tabungan atau investasi.

Jika sudah punya asuransi jiwa, Budi menambahkan, sebetulnya tidak perlu lagi mengambil asuransi pendidikan anak. “Asuransi jiwa sudah memadai dan mencakup biaya pendidikan anak,” ungkap dia

Tapi memang, ada beberapa orangtua yang tetap ingin memupuk dana pendidikan buah hatinya melalui asuransi pendidikan. Tujuannya, agar dana pendidikan anak-anak mereka terproteksi.

Soalnya, dana asuransi pendidikan biasanya dikeluarkan secara bertahap, sesuai usia anak. Karena itu, “Orangtua tetap membeli asuransi pendidikan untuk menghindari salah kelola bila dana diterima sekaligus dalam satu asuransi jiwa saja,” kata Budi.

Kalau juga mengambil asuransi jiwa, Tejasari mengatakan, maka besaran preminya termasuk asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi lainnya tidak boleh lebih dari 30% penghasilan bulanan.

Yang jelas, kematian sesuatu yang misterius. Asuransi jiwa jadi salah satu cara mengelola risiko yang tidak terduga di masa yang akan datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru