kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelemahan PMI kuartal II dikhawatirkan berlanjut pada kuartal III 2019


Kamis, 11 Juli 2019 / 20:27 WIB
Pelemahan PMI kuartal II dikhawatirkan berlanjut pada kuartal III 2019


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan Prompt Manufacturing Index (PMI)-BI triwulan II 2019 sebesar 52,66%. Angka ini tumbuh tipis dibanding triwulan I di level 52,65%. Namun, pencapaian itu tumbuh melambat jika di banding periode sama tahun lalu yang tumbuh 4,5%.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengamati pada kuartal II terjadi perlambatan pertumbuhan karena libur Lebaran sehingga kapasitas produksi industri manufaktur tidak maksimal.Terutama dari industri makanan dan minuman (Mamin) dan industri pakaian.

Baca Juga: Kuartal II-2019, PMI manufaktur tumbuh tipis

PMI kuartal II melemah diramal bakal berkelanjutan hingga kuartal III. Bhima mengatakan, industri mamin dan industri pakaian diprediksi akan mengerem produksi karena kuartal II penjualan melempem.

“Tercermin dalam penjualan eceran BI, jadi di kuartal-II waktu yang berat bagi manufaktur untuk menggenjot produksi,” kata Bhima kepada Kontan, Kamis (11/7).

Di sisi lain, faktor yang akan menghambat PMI berasal dari ekspor karena permintaan global melemah diakibatkan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Bhima bilang dari sentimen internal, banyak yang menahan konsumsi karena menunggu kepastian dari kebijakan pemerintah.

Baca Juga: Pertumbuhan PMI melambat terhambat sektor mamin dan tembakau​

Sementara, ada juga yang konsumsinya turun lantaran pendapatan lebih sedikit khususnya yang bekerja di sektor perkebunan dan pertambangan.

Meskipun berbagai sentimen masih menghantui PMI kuartal III, rupanya ada harapan untuk bisa tumbuh lebih baik. Dengan ekspektasi stabilitas nilai tukar rupiah yang baik, dapat menjaga harga bahan baku dan produksi tidak mengalami kenaikan.

Di sisi lain, jika perang dagang AS-China meredam akan ada perbaikan dari sisi ekspor, khususnya komoditas. Sementara, The Federal Reserve kemarin semakin dovish untuk memangkas fed rate, sehingga menstimulus BI memangkas suku bunga acuan.

Baca Juga: Industri tekstil berpotensi mendorong pertumbuhan dunia usaha di kuartal III

“BI7_DRR turun memberikan harapan kredit lebih rendah, jadi pengeluaran perusahaan mengecil,” tutur Bhima.

Kemudian pada kuartal IV Bhima bilang PMI secara musiman akan membaik daripada kuartal III karena ada momentum Natal dan tahun baru yang biasanya mampu menggenjot konsumsi sehingga berdampak pada peningkatan produksi manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×