kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemberi pinjaman fintech lending dari segmen ritel masih terus tumbuh


Kamis, 29 Juli 2021 / 15:39 WIB
Pemberi pinjaman fintech lending dari segmen ritel masih terus tumbuh
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat banyak pemain fintech lending mengincar pendanaan (lender) dari korporasi, lender ritel justru secara konsisten terus bertumbuh. Hal ini dinilai banyak investor ritel yang mulai percaya untuk melakukan investasi di fintech lending dengan imbal hasil yang kompetitif.

Kalau melihat data OJK di Mei 2021, jumlah outstanding pinjaman yang diberikan oleh lender ritel sebesar Rp 4,95 triliun. Padahal outstanding pinjaman dari lender ritel di awal tahun sebesar Rp 3,81 triliun yang berarti ada pertumbuhan sebesar 29,03%.

Salah satu pemain fintech lending, Modal Rakyat mengaku kalau saat ini rata-rata dana dari lender ritel per bulan sampai Juni 2021 bisa mencapai Rp 65 miliar atau berkontribusi 30% dari total portofolio yang ada dan mengalami pertumbuhan hingga 7 kali lipat dari periode yang sama di tahun lalu. 

Baca Juga: Bisnis dompet digital panen berkah dari lonjakan transaksi saat pandemi

Padahal, sejatinya Modal Rakyat saat ini fokus mengincar lender korporasi karena lebih memberikan keuntungan dikarenakan tingkat likuiditas lender korporasi jauh lebih tinggi dibandingkan ritel.

“Pertumbuhan lender ritel berarti menandakan bahwa masyarakat sudah semakin aware dengan keuangan dan P2P Lending bisa menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat untuk mengembangkan dananya dan memperoleh imbal hasil yang kompetitif,” ujar CEO Modal Rakyat, Hendoko Kwik.

Hendoko juga menyampaikan kalau lender ritel Modal Rakyat saat ini kebanyakan berasal dari kalangan milenial berumur 18-25 tahun. Menurutnya, hal tersebut sesuai  dengan visinya yang ingin menjadi inklusi keuangan digital di Indonesia. 

“Kami mengoptimalkan dengan cara pendanaan yang bisa dimulai dari Rp 25 ribu dengan imbal hasil berkisar 12%-18% per tahun. Namun perlu diingat high risk, high return, masyarakat juga harus aware bahwa dalam setiap instrumen investasi selalu memiliki risiko,” imbuh Hendoko.

Baca Juga: OJK: Sektor jasa keuangan tetap stabil di semester I-2021

Pertumbuhan juga dialami oleh fintech lending Amartha yang hingga Juni mendapatkan pendanaan ritel sebanyak Rp 274 miliar atau sama dengan 30% dari total pendanaan mereka. Amartha sendiri sejatinya berharap kontribusi dari pendana ritel sampai akhir tahun bisa tumbuh menjadi 40%.

“Berdasarkan perbandingan pertumbuhan lender ritel antara semester 1 2020 dan semester 1 2021 terlihat adanya peningkatan sebanyak 22%. Dengan adanya produk crowdfunding yang akan diluncurkan, Amartha optimis lender retail akan tumbuh,” ujar CCO Amartha, Hadi Wenas.




TERBARU

[X]
×