kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak prospek kredit korporasi pada tahun ini


Selasa, 15 Juni 2021 / 20:09 WIB
Simak prospek kredit korporasi pada tahun ini
ILUSTRASI. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso . ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding debitur-debitur besar perbankan masih mengalami penurunan sejak pandemi mencuat. Ini menujukkan bahwa kredit korporasi masih lesu hingga saat ini. 

OJK terus mencermati perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai dampak besar dari pandemi Covid-19 yang belum memerlukan kredit besar.  Berdasarkan hitungan OJK,  sebanyak 200 debitur besar perbankan mengalami penurunan rata-rata outstanding atau baki debet kredit  17,8% dari Maret 2020 menjadi Rp 1.127,4 triliun pada April 2021. Bahkan 10 debitur terbesar telah mencatat penurunan baki debet sebesar Rp 57,1 triliun atau 13,6%.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan meskipun kondisi bisnis debitur besar ini sudah kembali pulih namun tidak berarti mereka langsung membutuhkan kredit yang besar. Oleh karena itu, OJK akan berupaya mencari cara agar korporasi ini bisa betul-betul bangkit sehingga permintaan kredit bisa meningkat. 

"Kami terus melakukan komunikasi dengan semua pihak, kebijakan apa lagi yang perlu dilakukan. Kalau dari sektor keuangan, kami sangat siap untuk membantu mereka bisa mendapatkan akses lebih mudah, bahkan kalau perlu akan dibuat detail per sektor atau big player," kata Wimboh Santoso dalam rapat kerja dengan DPR, Senin (14/6).

Sementara Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melihat beberapa sektor bisnis mulai menunjukkan geliat melakukan ekspansi. 

Baca Juga: S&P: Risiko Penurunan Peringkat Utang Bank dan Korporasi Indonesia Terus Berlanjut

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, hal ini terlihat dari pergeseran simpanan korporasi dari tabungan ke giro pada April 2021 dibandingkan posisi sebelum pandemi di Desember 2019. 

“Misalnya industri otomotif, perkayuan, konstruksi, tekstil, properti, dan telekomunikasi. Artinya, pergeseran simpanan ini menjadi salah satu indikator pemulihan ekonomi. Lantaran, sektor-sektor tersebut telah siap melakukan ekspansi. Ini sesuatu perkembangan yang positif,”  ujar Purbaya, Senin (14/6). 

Total simpanan bank umum mengalami kenaikan 10,79% yoy menjadi Rp 6.877 triliun hingga April 2021. Dari jumlah tersebut, giro tercatat senilai Rp 1.826 triliun atau mengalami pertumbuhan 15,8% yoy. Giro berkontribusi 26,6% terhadap total simpanan perbankan. 

Data LPS menunjukkan, giro sektor otomotif meningkat dari 58,88% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) di 2019 menjadi 65,19% per April 2021. Perkayuan naik dari 54,54% menjadi 60,78%. Tekstil terkerek dari 48,62% menjadi 53,73%, jasa konstruksi naik dari 42,33% menjadi 50,39%. 

Properti naik dari 42,33% menjadi 45,65%. Telekomunikasi naik dari 39,60% menjadi 44,81%. Industri rokok naik dari 63,44% menjadi 65,19%. Sektor industri perminyakan naik tipis dari 53,80% menjadi 54,49% begitupun dengan agrobisnis yang naik dari 71,52% menjadi 71,92%. 

PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) mengakui bahwa permintaan kredit korporasi memang masih melambat. Sehingga outstanding kredit korporasi bank ini per Mei 2021 masih sama dengan periode yang sama tahun lalu. 

Hanya, BWS melihat ada beberap sektor yang sudah menujukkan tanda-tanda perbaikan permintaan. " Permintaan ini berasal dari sektor food, transportasi dan energi. Di samping itu, dari konsumer juga mulai membaik," kata Direktur BWS Sadhana Priatmadja pada Kontan.co.id, Selasa (15/6).

BWS melihat prospek kredit termasuk kredit korporasi akan membaik ke depan apabila tidak ada peningkatan kasus Covid-19. Sektor-sektor yang bisa mendorong permintaan diperkirakan di paruh kedua ini akan berasal dari industri pengolahan terkait makanan, IT, textile dan konsumer. Per Maret 2021, kredit BWS tercatat mencapai Rp 30,8 triliun atau tumbuh 5,1% secara year on year (yoy).

PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan bahwa permintaan kredit terus mengalami peningkatan hingga Mei 2021. Permintaan tidak hanya datang dari sektor-sektor yang tidak terlalu terdampak pandemi Covid-19. Kredit dari beberapa sektor yang terkontraksi tahun lalu juga sudah mulai tercatat positif.

Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan baru-baru ini mengungkapkan, perkembangan kredit perseroan di segmen korporasi sudah mengalami pertumbuhan. Segmen ini akan menjadi mesin perseroan untuk mencapai pertumbuhan kredit tahun 2021. Secara total, segmen wholesale bank only ditargetkan tumbuh level 4% hingga 5%. 

Baca Juga: Naik lagi, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tembus Rp 6.558 triliun di April 2021

Selain itu, kredit segmen hubungan kelembagaan terkait institusi dan pemerintahan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit multiguna, serta kredit konsumer khususnya kredit payroll, pensiun dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga mengalami peningkatan. 

"Sementara dari sektor bisnisnya, permintaan kredit yang mencatatkan peningkatan di Bank Mandiri berasal dari food moving consumer goods (FMCG), sektor pertambahan untuk belanja alat berat dan beragam aktivitas lainnya, sektor perdagangan,  telekomunikasi, electricity,  serta sebagian lagi berasal dari infrastruktur dan properti," kata Panji.

Per kuartal I 2021, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi sebesar 9,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 984,8 triliun. Secara bank only, penyaluran kredit hingga kuartal pertama ini mencapai Rp 779 triliun. 

Penyaluran kredit itu ditopang oleh segmen wholesale yang tumbuh tipis 0,18% yoy menjadi Rp 513,9 triliun serta segmen UMKM yang tumbuh baik sebesar 3,22% yoy menjadi Rp 92,1 triliun. 

Selanjutnya: Write Off Kredit UMKM Tergantung Keputusan Bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×