kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Syariah bisa perbaiki defisit neraca dagang, tapi masih banyak masalah di Indonesia


Selasa, 18 September 2018 / 13:22 WIB
Syariah bisa perbaiki defisit neraca dagang, tapi masih banyak masalah di Indonesia
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI)


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dinilai menjadi salah satu solusi untuk memperkuat struktur ekonomi dan pasar keuangan saat ini dan di masa depan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, struktur ekspor dan impor di dalam negeri yang belum optimal, membuat upaya peningkatan pertumbuhan disertai peningjatan defisit transaksi berjalan. Pada akhirnya, hal itu juga menghambat laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri dan menjadi sumber tekanan nilai tukar rupiah.

"Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa ekonomi dan keuangan syariah memiliki potensi besar baik sebagai sumber pertumbuhan ekonomi barudan untuk memperbaiki struktur neraca akun berjalan," kata Dody di Hotel Ritz Carlton, Selasa (18/9).

Bahkan, ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya menjadi sumber pertumbuhan baru untuk negara dengan mayoritas penduduk muslim, tetapi juga di negara lain dengan penduduk muslim minoritas.

Di Indonesia, potensi ekonomi dan keuangan syariah cukup besar. Berdasarkan data Islamic Financial Services Industry (IFSI), aset perbankan syariah Indonesia berada di peringkat sembilan terbesar secara global, yaitu mencapai US$ 28,08 miliar. Berdasarkan Laporan Keuangan Syariah Global 2017, aset keuangan Syariah menduduki peringkat ke-10 secara global, yaitu mencapai US$ 66 miliar.

Sementara itu, aset syariah dalam perbankan mencapai 6% dari total perbankan yang ada di Indonesia, per Juni 2018. Adapun aset sdalam industri keuangan syariah di Indonesia mencapai 8,5%.

Namun, BI juga mencatat bahwa Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, memburuknya posisi Indonesia di industri halal global karena Indonesia lebih merupakan konsumen ddari pada produsen.

Kedua, rendahnya optimalisasi dari sektor sosial (ZISWAF) untuk mendukung pengembangan. Ketiga, peran terbatas dari sektor keuangan Islam dalam pembiayaan pembangunan, termasuk rendahnya kapasitas perbankan Islam.

Keempat, Pengembangan keuangan syariah tidak dapat berdiri sendiri dan terpisah dari perkembangan ekonomi syariah itu sendiri. Formulasi dari strategi pengembangan harus komprehensif, mencakup dari hulu ke hilir dan dari ekonomi riil ke keuangan mendukung.

Menurutnya, ada lima kunci keberhasilan negara lain dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, dukungan penuh pemerintah. Kedua, menyatakan sebagai program nasional.

Ketiga, keberadaan badan khusus untuk lintas otoritas koordinasi, keempat, fokus pada pemanfaatan yang kompetitif keuntungan suatu negara, dan kelima, keberadaan strategi nasional meliput reformasi struktural pemerintah, serta paradigma masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×