kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,75   -7,60   -0.82%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada rencana merger, total aset bank syariah BUMN Rp 245,8 triliun per Juni 2020


Selasa, 25 Agustus 2020 / 19:47 WIB
Ada rencana merger, total aset bank syariah BUMN Rp 245,8 triliun per Juni 2020
ILUSTRASI. Kementeriaan BUMN masih melanjutkan rencana untuk menggabungkan bank syariah dan unit syariah yang ada di bawah bank BUMN.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementeriaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih melanjutkan rencana untuk menggabungkan bank syariah dan unit syariah yang ada di bawah bank Himbara. Merger tersebut ditargetkan bisa rampung pada Februari 2021.

Saat ini terdapat tiga bank syariah anak usaha bank BUMN dan satu masih berupa unit usaha syariah (UUS). Per Juni 2020, keempatnya memiliki total aset sebesar Rp 245,87 triliun. Jika merger berhasil dilakukan maka akan tercipta satu bank syariah besar di tanah air.

Aset tersebar dimiliki PT Bank Syariah Mandiri dengan total aset sebesar Rp 114,4 triliun pada Juni 2020 atau meningkat 13,26% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Kemudian disusul dengan BNI Syariah dengan aset Rp 50,78 triliun atau tumbuh 17,8% yoy,  BRI Syariah tumbuh 34,7% yoy sebesar Rp 49,6 triliun, dan aset UUS BTN Rp 31,09 triliun atau tumbuh 6,5% yoy.

Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari mendukung penuh wacana merger bank syariah BUMN tersebut. Menurutnya, rencana itu sangat menarik karena akan menciptakan saatu bank syariah beraset besar dan akan masuk dalam daftar bank besar di tanah air.

"Jika merger maka akan masuk dalam 10 bank besar secara nasional. Jadi kami sangat mendukung penuh untuk perisapan merger tersebut," kata Toni saat paparan kinerja Mandiri Syariah, Selasa (25/8).

Baca Juga: Merger bank BUMN Syariah bakal jadi bank kelas kakap

Namun, Toni tidak menjelaskan lebih lanjut sudah sejauh mana persiapan rencana pengabungan bank syariah tersebut.

Senada, BRI Syariah secara prinsip juga mendukung rencana tersebut, tetapi tidak mau berkomentar lebih jauh.

Direktur Kepatuhan BRI Syariah Yana Soepriana mengatakan pihaknya saat ini lebih memfokuskan diri untuk meningkatkan kinerja menjadi lebih baik. "Terkait merger, itu merupakan kewenangan ultimate shareholder BRI Syariah. Kami belum memberikan satu komentar karena fokus pada kinerja, peningkatan kinerja BRI Syariah," katanya, Senin (24/8).

Sebelumnya, Sunarso Direktur Utama BRI menilai, rencana merger tersebut merupakan langkah yang baik karena  akan mendorong efisiensi dan memperluas jangkauan bank syariah BUMN.

"Saat ini market share seluruh keuangan syariah baru 9,03%. Sementara kita punya semangat untuk memperbesar market share ini. Dengan merger bank syariah yang dimiliki Himbara maka masing-masing bank tidak perlu investasi hal-hal yang tujuannya sama seperti market, penggunaan dan produk yang sama. Akhirnya akan terjadi efisiensi dari sisi investasi infrastruktur," jelasnya.

Kemudian, ukuran bank akan lebih besar sehingga akan meningkatkan daya saing di pasar yang pada akhirnya bakal memperluas jangkauan pasar.

Meski tujuannya baik, namun Sunarso menekankan, agar pasar keuangan syariah itu berkembang dengan baik maka diperlukan beberapa pemain besar yang bisa saling bersaing. "Kalau ada bank yang besar maka harus punya lawan yang besar juga untuk bermain di pasar yang seimbang," imbuhnya.

Baca Juga: Optimistis, Mandiri Syariah targetkan laba bersih capai Rp 1,3 triliun di akhir 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×