kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Indonesia (BI) membantah klaim Ovo


Selasa, 24 September 2019 / 18:22 WIB
Bank Indonesia (BI) membantah klaim Ovo
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menegaskan tidak pernah mempublikasi data market e-wallet di Tanah Air. Terlebih menyebut Ovo, dompet digital milik Grab, bukan pemimpin pasar di pasar uang elektronik Indonesia

"Bank Indonesia tidak pernah keluarkan atau publikasi data individual," tegas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko, seperti dikutip dari Tribunnews, Selasa (24/9).

Oleh karena itu, lanjut Onny, jika ada informasi terkait peringkat penggunaan e wallet di Indonesia, data tersebut dipastikan tidak benar. "Tidak ada data peringkat dari BI (e wallet)," katanya.

Baca Juga: Bank Indonesia (BI) tidak pernah merilis rangking market uang elektronik

Sebelumnya Ovo mengklaim menjadi penguasa pasar e wallet Indonesia dengan merujuk data dari Bank Indonesia.                      

Peringkat e wallet sebelumnya pernah dipublikasikan oleh iPrice group yang bekerjasama dengan perusahaan analisis terpercaya, App Annie. Studi itu merilis ranking 10 besar e-wallet sejak 2017 sampai 2019. Nomor wahid diduduki GoPay. Kemudian berturut-turut DANA dan LinkAja.

GoPay memiliki 10 jenis servis pembayaran karena ada opsi transaksi ride-hailing. Lalu  LinkAja 9 variasi servis, dan PayTren punya 8 tipe servis. Sedangkan DANA dan OVO baru menawarkan 7 tipe servis pembayaran.

Ovo sendiri saat ini dikabarkan bakal melakukan merger dengan Dana. Kedua e-wallet itu dikuasai oleh SoftBank melalui jejaring bisnisnya di Indonesia.

Baca Juga: Ovo Pimpin Pasar Uang Elektronik, GoPay di Peringkat Kedua premium

Ovo melalui Grab dan Dana melalui Ant Financial yang terafiliasi dengan Alibaba. SoftBank sendiri merupakan pemegang saham terbesar di Alibaba dengan nilai saham ditaksir lebih dari USD 100 miliar.

Hinggi kini proses merger kedua e wallet tersebut belum mendapat lampu hijau dari otoritas moneter.

Jika BI memberikan restu, industri e wallet nasional akan semakin dikuasai oleh investor asing. Karena Grab sebagai pemilik Ovo dimiliki oleh investor Malaysia, sementara Dana yang dikuasai Alibaba berasal dari China. (Fajar Anjungroso)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bank Indonesia Tak Pernah Rilis Rangking Market Uang Elektronik,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×