kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Infovesta Utama perkirakan dana kelolaan reksadana hingga akhir tahun Rp 550 triliun


Minggu, 10 November 2019 / 21:37 WIB
Infovesta Utama perkirakan dana kelolaan reksadana hingga akhir tahun Rp 550 triliun


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa keuangan (OJK) mencatatkan jumlah dana kelolaan reksadana atau asset under management (AUM) naik Rp 12,44 triliun atau tumbuh 2,27% di Oktober 2019.

Sejalan dengan kenaikan tersebut, laporan bulanan Infovesta Utama juga mencatatkan kenaikan AUM sebanyak Rp 12,46 triliun atau sekitar 2,68% menjadi Rp 542,22 triliun.

Baca Juga: OJK berpotensi paksa bank kecil konsolidasi, begini alasannya

Dilihat dari pertumbuhannya, jawara penyumbang AUM Infovesta Utama Oktober 2019 berasal dari reksadana pasar uang yang naik sebanyak 12,44% menjadi Rp 79,90 triliun, dibandingkan capaian bulan sebelumnya Rp 63,06 triliun.

Di sisi lain, saat rata-rata produk mencatatkan kenaikan di Oktober 2019, reksadana terproteksi justru turun 0,59% ke level Rp 143,72 triliun dibandingkan capaian bulan sebelumnya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, suksesnya reksadana pasar uang mencatatkan pertumbuhan tertinggi di Oktober 2019, karena sifatnya yang hanya untuk jangka pendek. Apalagi, di tengah tren penurunan deposito, investor cenderung masih menginginkan imbah hasil yang lebih tinggi dari deposito.

"Itu bisa ke pasar uang, karena dia likuid sekali dan sewaktu-waktu bisa diambil. Ini jadi salah satu yang paling mmenarik karena tumbuhnya luar biasa di atas Rp 7 triliun sendiri," ungkap Wawan kepada Kontan, Jumat (8/11).

Baca Juga: Berkembang pesat, OJK tak ingin kekang insurtech dengan aturan

Sementara itu, untuk pendapatan tetap yang 1,87% menjadi Rp 110,98 triliun di \\Oktober 2019 masih memiliki daya tarik sendiri bersama dengan reksadana campuran yang tumbuh 5,35% menjadi Rp 31,90 triliun. Ini karena, tren penurunan suku bunga membuat harga obligasi naik dan banyak diminati investor saat ini.

Sedangkan untuk reksadana terproteksi, Wawan menjelaskan kemungkinan penurunan terjadi karena ada proteksi yang jatuh tempo dan belum dialihkan ke produk yang baru. Untuk itu, dia optimistis pertumbuhan reksadana terproteksi akan membaik di akhir tahun, bahkan mampu membalap reksadana saham yang di Oktober hanya tumbuh 0,24% menjadi Rp 143,97 triliun.

Apalagi, sejak suku bunga turun Wawan mengklaim bahwa kinerja reksadana terproteksi terus melompat terhitung dari Juli 2019. Benar saja, berdasarkan catatan Infovesta Utama, sejak Juli 2019 hingga Oktober 2019 dana kelolaan reksadana terproteksi sudah tumbuh Rp 20,14 triliun.

Hal tersebut terjadi, lantaran banyak investor yang lebih merasa aman dan nyaman, serta lebih pasti untuk masuk ke reksadana terproteksi di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi. Ditambah lagi, investor bisa mengindikasikan return yang bakal didapat sejak awal masuk ke reksadana terproteksi.

Baca Juga: Asetku tawarkan tenor lebih lama

"Kalau dari dana kelolaan, hingga akhir tahun tampaknya reksadana terproteksi masih jadi penyumbang terbesar, sedangkan dari sisi growth sepertinya datang dari reksadana pasar uang," prediksinya.

Sebenarnya, dari sisi pertumbuhan Wawan mengaku DIRE saat ini juga mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Namun, hal ini lebih dikarenakan masuknya DIRE Jumbo Sinarmas sebanyak Rp 10,4 triliun di Juli 2019. Dengan begitu, hingga akhir tahun Wawan optimistis reksadana pasar uang bisa mencatatkan kenaikan AUM di atas Rp 25 triliun year to date (ytd).

Wawan merekomendasikan investor untuk menerapkan pola investasi 5,3 dan 2. Ini artinya, 50% investasi ditujukan pada produk berbasi obligasi seperti reksadana pendapatan tetap, proteksi, bahkan campuran bagi mereka yang konservatif.

Selanjutnya, 30% investasi bisa ditempatkan pada reksadana saham, di mana untuk jangka panjang prospeknya masih positif dan diyakini bakal memberikan imbal hasil paling tinggi. Sedangkan sisanya yakni 20% bisa ditempatka di pasar uang, untuk terus menjaga likuiditas keuangan.

Baca Juga: Kepemilikan asing dibatasi 85%, empat multifinance siap divestasi saham

Hingga akhir tahun, Wawan menargetkan pertumbuhan AUM Infovesta Utama bisa mencapai Rp 550 triliun. Asal tahu saja, hingga Oktober 2019, total dana kelolaan di Infovestas Utama tercatat sudah mencapai Rp 542,22 triliun atau tumbuh 2,35% (mom) dan naik 12,16% ytd.

"Industri reksadana sangat baik tahun ini, terlebih di saat IHSG turun. Apalagi banyak fund manager baru hadir, ini mencerminkan bahwa minat masyarakat untuk investasi masih besar," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×