kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar digital payment Indonesia disasar asing, LinkAja tak merasa tersaingi


Minggu, 20 Oktober 2019 / 15:30 WIB
Pasar digital payment Indonesia disasar asing, LinkAja tak merasa tersaingi
ILUSTRASI. LinkAja luncurkan fitur top up uang elektornik berbasis kartu Bank Himbara


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar digital payment Indonesia memang menjanjikan, pasar yang begitu besar dan masih sedikit pemain, membuat pemain dari luar negeri berdatangan ke Indonesia. Ambil contoh AliPay dan WechatPay tengah mencoba memasuki pasar Indonesia.

PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) sebagai pemegang izin uang elektronik LinkAja tak ambil pusing soal ini. Direktur Utama LinkAja Danu Wicaksana mengakui digital payment asing sudah masuk di Indonesia secara langsung maupun tidak langsung lewat investasi mereka di beberapa brand lokal.

“Jika maksudnya adalah Alipay secara langsung, sebenarnya tidak perlu dihadapi karena Alipay dan Wechatpay hanya bisa digunakan oleh warga negara China. Untuk bisa digunakan di Indonesia pun, BI mensyaratkan agar mereka bekerjasama dengan bank BUKU 4 termasuk tiga pemegang saham kita yakni Mandiri, BNI, BRI,” ujar Danu kepada Kontan.co.id pada Kamis (17/10).

Baca Juga: LinkAja tempatkan floating fund di bank BUKU IV milik Himbara

Sikap yang sama, juga diterapkan LinkAja untuk menghadapi persaingan uang elektronik yang sudah lebih dulu dijalani oleh perbankan. Danu bilag LinkAja didukung oleh Telkomsel selaku operator selular terbesar di Indonesia dan jaringan besar Himpunan Bank Nusantara (Himbara) dengan ratusan ribu titik akses transaksi keuangan.

“Keberadaan LinkAja sebagai platform system pembayaran produk-produk BUMN akan membantu mendorong ekosistem transaksi keuangan nontunai dan inklusi keuangan yang holistik di Indonesia, dengan fokus pada kebutuhan pembayaran mendasar seluruh kalangan masyarakat Indonesia khususnya segmen mass market dan upper mass market,” tutur Danu.

Ia menekankan bahwa fungsi utama uang elektronik sebenarnya untuk membantu mencapai inklusi keuangan di Indonesia. Sehingga masih menjadi tugas bagi semua pemain uang elektronik, termasuk LinkAja, untuk menyentuh masyarakat yang belum memiliki akses perbankan (unbanked) di seluruh Indonesia.

“Bagi kami, tantangan terbesar bukanlah digital payment lain, tetapi tingginya persentase penggunaan uang tunai dalam bertransaksi yang mencapai sekitar 76% dari total transaksi yang terjadi di Indonesia,” jelas Danu.

Baca Juga: Belum kelar akuisisi modal ventura, BTN tunda setor modal ke LinkAja

Sebelumnya, Danu menyebut saat ini, jumlah pengguna terdaftar di seluruh Indonesia sudah mencapai lebih dari 32 juta. Adapun sejak Maret hingga Agustus 2019, terjadi kenaikan jumlah transaksi di LinkAja hingga empat kali lipat atau 400%. Namun hingga akhir tahun, fintech payment ini menargetkan dapat meningkatkan transaksi hingga enam kali lipat.

Asal tahu saja, Berdasarkan data BI yang didapat Kontan.co.id, hingga semester I-2019, jumlah instrumen uang elektronik di Indonesia memang dikuasai oleh non bank. Tercatat sebanyak 198 juta kartu uang elektronik dan akun uang elektronik.

Sebanyak 69% merupakan penyelenggara uang elektronik berbasis server. Terdapat 15,4% uang elektronik berbasis kartu. Sedangkan 15,2% merupakan uang elektronik berbasis kartu dan berbasis chip. 

Adapun penyelenggara uang elektronik berbasis kartu adalah fintech, sedangkan chip digarap oleh perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×