kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Uang elektronik akan dikenakan tarif MDR, ini tanggapan Asosiasi Jalan Tol


Minggu, 03 Januari 2021 / 22:21 WIB
Uang elektronik akan dikenakan tarif MDR, ini tanggapan Asosiasi Jalan Tol
ILUSTRASI. Asosiasi Jalan Tol menilai penerapan tarif MDR tak bisa serta merta menjawab masalah ketidakekonomian bisnis uang elektronik.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) menilai penerapan tarif merchant discount rate (MDR) tak bisa serta merta menjawab masalah ketidakekonomian bisnis uang elektronik berbasis cip (e-money chip based).

“Perlu dikaji secara mendalam bukan hanya dari perspektif ekosistem produk perbankan saja tetapi juga dilihat dari product development, infrastruktur development, dan juga aspek beneficial yang diterima masing-masing pihak,” ujar Sekretaris Jenderal ATI Kris Ade Sudiyono kepada KONTAN, Minggu (3/1).

Ia menambahkan perbankan yang merupakan mayoritas penerbit uang elektronik berbasis kartu ini pun tak bisa cuma didasari atas berapa besar biaya investasi yang dikeluarkan dibandingkan dengan pendapatan yang didapat.

Asal tahu, bisnis pembayaran jalan tol kini memang hanya melibatkan dua pihak yaitu penerbit uang elektronik dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) sebagai merchant. Agar uang elektronik bisa diterima sebagai alat transaksi, penerbit mesti menanggung sebagian biaya infrastruktur yang telah dikeluarkan BUJT misalnya membangun gardu eletronik, mesin pembaca kartu, dan sebagainya.

Baca Juga: ASPI dukung BI terapkan skema MDR buat uang elektronik berbasis cip

Sementara pendapatan penerbit berasal dari dana menganggur (floating money) saldo uang elektronik, maupun komisi isi ulang saldo. Sebagai informasi, penerbit bisa menempatkan floating money maksimum 70% pada instrumen surat berharga. Sementara seluruh uang yang ditransaksikan oleh masyarakat pengguna uang elektronik berbasis cip ini akan diterima oleh merchant sepenuhnya.

Kris menilai efisiensi dan kesempatan monetisasi produk uang elektronik seharusnya juga jadi komponen menganalisis biaya dan keuntungan bagi bank penerbit.

“Kegagalan mencapai tingkat keekonomian tak bisa serta merta diselesaikan dengan pengurangan biaya sharing infrastructure, atau malah dibebaskan dengan memasukan biaya tersebut dalam bagian investasi BUJT yang akhirnya dibebankan kepada masyarakat,” ujarnya.

Sementara Direktur Eksekutif Asosiasi Pembayaran Indonesia (ASPI) Djamin Nainggolah menilai asumsi tersebut juga kurang tepat. Sebab selain membayar biaya kepada BUJT bank penerbit pun mesti mengeluarkan biaya infrastrukturnya mandiri.

“Misalnya untuk membangun kanal isi ulang, swithing, issuer, mesin isi ulang, koneksi sistem. Dengan skema pendapatan dari top up dan loating money biaya operasional bank tidak tertutupi. Dan keberlangsungan bisnis model seperti ini pun tidak akan mendukung ekosistem pembayaran non tunai“ ujarnya kepada KONTAN.

Makanya ASPI disebut Djamin juga mengusulkan tarif MDR sebesar 0,7-1%. Ini nilai minimum yang dikalkulasi ASPI bisa menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan penerbit.

Adapun sebagai penengah Bank Indonesia mengusulkan tarif MDR di rentang 0,5%-0,6%. Rentang ini dinilai wajar untuk keberlangsungan ekosistem sekaligus memudahkan implementasi kepada masyarakat kelak.

“MDR akan dikenakan berkisar 0,5-0,6% dengan pertimbangan kesinambungan bisnis, efisiensi, dan memudahkan implementasi di masyarakat,” tulis paparan Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Desember lalu.

Mengacu catatan Bank Indonesia, 90% uang elektornik berbasis cip memang dikontribusikan dari pengguna tol. Meski demikian pangsa pasar uang elektronik berbasis cip memang terhitung kecil hanya 9%. Sisanya dikuasai uang elektornik berbasis server.

Sementara sampai Oktober 2020 volume transaksi uang elektornik mencapai 3,781 miliar dengan nilai mencapai Rp 163,433 triliun.

Selanjutnya: Bank Indonesia (BI) usulkan e-money chip based dikenakan tarif MDR

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×