kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank syariah Indonesia memang belum efisien


Senin, 16 April 2012 / 20:02 WIB
Bank syariah Indonesia memang belum efisien
ILUSTRASI. Seorang tentara Jerman memegang bendera NATO selama upacara untuk menyambut batalion Jerman yang dikerahkan ke Lituania sebagai bagian dari tindakan pencegahan NATO terhadap Rusia di Rukla, Lituania, 7 Februari 2017.


Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai perbankan syariah nasional masih kalah efisien dibandingkan bank konvensional nasional maupun dengan bank syariah negara lain.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah memaparkan dari kajian yang dilakukan BI dengan mengambil sampel tiga bank syariah nasional, didapati rata-rata Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan syariah sebesar 86,87% sementara BOPO bank konvensionalnya mencapai 69,05%.

"Sementara itu, rata-rata BOPO bank syariah di Malaysia dan Timur Tengah masing-masing 44,46% dan 37,06%," ujar Halim akhir pekan lalu.

Direktur Bisnis BNI Syariah Bambang Widjanarko mengungkapkan rendahnya efisiensi perbankan syariah nasional dibandingkan konvensional disebabkan dua hal. Pertama, dari segi skala usaha perbankan syariah secara umum lebih kecil dibandingkan perbankan konvensional. Alhasil, pendapatan yang diperoleh belum terlalu besar sementara overhead cost yang bersifat tetap cukup tinggi. Overhead cost yang tetap itu misalnya biaya teknologi dan sumber daya insani (SDI).

"Jadi secara skala ekonomi memang masih belum bisa memperoleh margin yang besar," ungkap Bambang, Senin (16/4). Ia menambahkan, SDI perbankan syariah belum sekuat bank konvensional. Jumlah staf analis pembiayaan produktif dan pimpinan operasional di cabang masih terbatas. Menurutnya, perlu waktu mendapatkan pimpinan di tingkat operasional cabang yang bisa mengembangkan bisnis, khususnya produk pembiayaan produktif.

"Sampai saat ini pembiayaan masih didominasi pembiayaan murabahah (jual beli barang). Padahal, ada produk pembiayaan lain seperti musyarakah (pembiayaan usaha/proyek) dan mudharabah (investasi khusus)," jelas Bambang.

Ia mengungkapkan rasio BOPO BNI Syariah hingga kuartal pertama 2012 masih di atas 85%. BNI Syariah menargetkan di akhir tahun ini angka itu bisa menciut mendekati 80%.

Senada dengan Bambang, Direktur Bisnis BRI Syariah Ari Purwandono mengungkapkan bisnis perbankan syariah Indonesia yang terbilang lebih muda dibandingkan bank konvensional maupun bank syariah Malaysia dan Timur Tengah membuat skala usaha belum besar dibandingkan investasi yang dilakukan.

"Selain itu, banyak perbankan syariah yang masuk ke sektor ritel atau mikro, dibutuhkan SDI yang banyak tetapi skala usaha masih kecil. Butuh waktu untuk mencapai rasio yang ideal," ujar Ari tanpa menyebut target BOPO BRI Syariah tahun ini.

Meski kalah efisien, namun Non Net Interest Margin (NIM) perbankan syariah di Indonesia lebih tinggi dibandingkan NIM bank syariah di Malaysia dan Timur Tengah. NIM rata-rata bank syariah yang dijadikan sampel BI sebesar 4,91%. NIM rata-rata bank syariah di Malaysia 3,26% sedangkan di Timur Tengah sebesar 4,39%.

Akan tetapi, bila dibandingkan net interest margin (juga disingkat NIM) bank konvensional nasional yang sebesar 5,87%, NIM perbankan syariah nasional masih tetap lebih kecil.

"Kesempatan untuk meningkatkan efisiensi perbankan syariah masih besar. Kalau efisiensi ditingkatkan, keuntungan pun bisa lebih tinggi lagi. Efisiensi perbankan ini merupakan salah satu prioritas yang sedang BI kejar," tutur Halim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×