kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) royal bagi dividen


Rabu, 15 Mei 2019 / 19:29 WIB
Ini alasan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) royal bagi dividen


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100 ini) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu (15/5) memutuskan untuk membagikan dividen senilai Rp 16,17 triliun, setara 50% dari laba bersih pada 2018 senilai Rp 32,35 triliun.

Nilai dividen yang dibagikan BRI meningkat 24,0% dibandingkan dividen yang dibagikan perseroan tahun lalu senilai Rp 13,04 triliun. Sementara sisa 50% laba bersih akan masuk sebagai saldo laba ditahan.

Sementara dari nilai dividen yang dibagikan, Pemerintah Indonesia sebagai pemilik 56,75% kepemilikan saham akan mendapatkan Rp 9,17 triliun.

Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan, besarnya dividen yang dibagikan perseroan lantaran posisi modal perseroan yang masih mencukupi untuk melakukan ekspansi. “CAR (Capital Adequacy Ratio) kami masih longgar, untuk cadangan lain masih cukup, sehingga dengan 50% laba ditahan kami masih bisa ekspansi,” kata Suprajarto.

Dengan laba senilai Rp 32,35 triliun pada 2018, BRI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 843,59 triliun dengan pertumbuhan 14,1% (yoy), dan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun mencapai Rp 944,26 triliun dengan pertumbuhan 12,2% (yoy). Sedangkan posisi CAR perseroan masih stabil di level 21,3%.

Sebelumnya Suprajarto juga menyatakan bahwa tahun ini perseroan pasang target pertumbuhan kredit mencapai 14%, dengan perincian kredit modal kerja bisa tumbuh di kisaran 14%-16%, kemudian kredit investasi dan kredit konsumsi bisa tumbuh di kisaran 12%-14%.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo juga bilang, perseroan tak khawatir terkait implementasi pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 71 yang berpotensi menggerus CAR, sebab telah menyiapkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) di atas 150%.

“Potensi penggerusan CAR atas implementasi PSAK 71 sekitar 1%, tapi kami juga siap lantaran dalam beberapa tahun terakhir juga telah menyiapkan coverage ratio di atas 150%,” kata Haru.

Pada 2017 dengan total penyaluran kredit BRI senilai Rp 708,0 triliun dan rasio NPL mencapai 2,10% atau setara Rp 14,9 triliun, perseroan telah menyiapkan CKPN sebesar Rp 29,1 triliun atau setara 195,54% dari rasio NPL.

Sedangkan pada 2018, perseroan menyiapkan CKPN 200,61% setara Rp 34,6 triliun dari total NPL sebesar Rp 17,2 triliun atau sebesar 2,14% dari penyaluran kredit sebesar Rp 804,3 triliun.

Dengan CKPN yang terus ditambah pun, sejak 2017 CAR perseroan tetap bertumbuh. Hingga kuartal 1/2019 posisi CAR perseroan masih berada di level 21,9%, tumbuh 120 bps (yoy) dibandingkan kuartal 1/2018 sebesar 20,7%, dan masih tumbuh 60 bps (ytd) dibandingkan akhir 2018 sebesar 21,3%.

Sedangkan hingga kuartal 1/2019 perseroan telah menyalurkan kredit senilai Rp 855,46 triliun dengan pertumbuhan 14,4% (yoy), sementara pertumbuhan DPK mencapai 13,2% (yoy) menjadi Rp 936,02 triliun pada akhir Maret 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×