kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,72   -11,79   -1.28%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usia sudah 100 tahun, baru 2,5% yang berasuransi


Selasa, 16 Agustus 2016 / 06:05 WIB
 Usia sudah 100 tahun, baru 2,5% yang berasuransi


Reporter: Dede Suprayitno, Eldo Christoffel Rafael, Elisabet Lisa Listiani Putri, RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sejarah industri asuransi di tanah air sudah lebih tua dari hari lahir Indonesia yang berumur 71 tahun. Di usia yang tergolong sepuh, seharusnya industri asuransi dewasa dan matang.

Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai aset industri asuransi domestik rata-rata naik 5,11% selama lima tahun terakhir. Per Juni 2016, jumlahnya sudah mencapai Rp 872 triliun.

Lompatan signifikan juga terjadi di pertumbuhan premi yang rata-rata 16,9% per tahun di lima tahun terakhir. Total premi asuransi nasional di Juni 2016 sudah Rp 160 triliun. "Kami optimistis industri asuransi masih tumbuh beberapa tahun mendatang," ujar Dumoly Freddy Pardede, Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank II Otoritas Jasa Keuangan ke KONTAN (8/10).

Pertumbuhan industri sangat pesat, tidak cuma sebatas perkumpulan pengurusan kematian seperti 100 tahun silam. Kini asuransi berkembang mengikuti kebutuhan konsumen seperti asuransi jiwa yang dibalut dengan investasi yakni unitlink. Bahkan kini unitlink mendominasi produk asuransi.

Menurut catatan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, total premi unitlink setara 60% dari total premi asuransi 2015. Produk asuransi jiwa juga berkembang ke perlindungan kesehatan, kecelakaan diri dan banyak lagi yang lainnya. Selain asuransi jiwa kebutuhan terhadap produk asuransi umum juga mekar.

"Kontribusi premi terbesar untuk asuransi umum ada di properti, kendaraan bermotor dan kesehatan," tutur pengamat asuransi Irvan Rahardjo. Khusus untuk asuransi kesehatan, negara punya peran penting dalam menelurkan asuransi kesehatan bernama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sejak 2014.

Manfaat jaminan sosial ini langsung terasa di masyarakat, meski sebagian masih ada yang merasakan layanan belum optimal. Kehadiran BPJS Kesehatan ini bukan berarti mematikan industri asuransi.

Sutikno Syarif, Direktur PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia menilai, BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan membuat masyarakat lebih melek terhadap produk asuransi. Namun, meskipun bisnis asuransi sudah masuk Indonesia sejak 100 tahun lalu yang dimotori oleh Asuransi Bumiputra, total jumlah penduduk Indonesia, yang berasuransi baru 2,5%.

Sedangkan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura atau Thailand berkisar 4%-6%.

Melihat potensi ini, Benny Woworontu, Chief Corporate Affairs AXA Indonesia bilang perusahaan asuransi bakal memperluas pasar ke luar Jawa lewat asuransi mikro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×