Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Beberapa bank kecil dan menengah mengaku sedikit kesulitan mengumpulkan dana murah. Hal ini disebabkan karena persaingan dengan bank besar semakin sengit.
Hal ini bisa dilihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai kuartal I 2017 yakni BUKU IV dan III menguasai 85,2% total dana murah industri perbankan. Sedangkan BUKU II dan I hanya mengempit sisanya yaitu 14,7% dari total dana murah perbankan.
Edy Kuntardjo, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk mengakui bahwa perebutan dana murah dengan bank besar semakin sengit. “Apalagi banyak bank besar yang tahun ini memacu kinerja salah satunya Dana Pihak Ketiga (DPK),” ujar Edy ketika memberikan paparan publik, Senin (29/5).
Hariyono Tjahjarijadi, Direktur Utama Bank Mayapada menekankan, strategi untuk meningkatkan dana murah tidak bisa berjalan dengan baik saat ini. “Hal ini karena kebutuhan dana yang sudah mulai meningkat dan akan membuat suku bunga berpotensi sedikit naik kembali,” ujar Hariyono kepada KONTAN, Senin (29/5).
Meskipun demikian, pada tahun ini, beberapa bank kecil menengah optimistis bisa meningkatan dana murah dengan beberapa strategi. Salah satunya optimalisasi digital banking.
Bank Ina mengaku akan mengoptimalisasi fitur digital banking seperti mobile, internet dan akun virtual yang akan mulai beroperasi akhir 2017. Bank juga nantinya akan mengembangkan Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) untuk menjaring dana murah.
Beberapa bank lain juga akan mengoptimalkan digital banking untuk meningkatkan dana murah. “Kami akan meluncurkan beberapa produk m-banking, internet banking, dan bergabung dengan ATM prima,” ujar Benny Purnomo, Direktur Utama Bank MNC kepada KONTAN, Senin (29/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
