kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank besar tak khawatir pasarnya dibidik bank BUKU III


Rabu, 21 Februari 2018 / 20:53 WIB
Bank besar tak khawatir pasarnya dibidik bank BUKU III
ILUSTRASI. Bank BUKU III mulai gencar masuk ke sektor infrastruktur


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan tahun ini persaingan antar bank akan lebih terasa dibandingkan dengan tahun lalu. Salah satunya terutama dari sisi penyaluran kredit ke sektor infrastruktur dan korporasi.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, sejumlah bank umum kelompok usaha (BUKU) III sudah mulai gencar menggarap sektor infrastruktur dan segmen kredit korporasi.

Pasalnya, kebutuhan pemerintah akan proyek infrastruktur dinilai sangat besar. Belum lagi, bank-bank BUKU III juga lebih aktif dalam melakukan penurunan suku bunga kredit guna meningkatkan daya saing terhadap bank dengan skala yang lebih besar.

"Di RBB (rancangan bisnis bank) terutama BUKU III itu mereka sangat berambisi mengambil pangsa pasar BUKU IV, seperti infrastruktur. Sementara masih dari RBB, suku bunga kredit lebih rendah di BUKU III," kata Erwin saat ditemui di Jakarta, pekan lalu (15/2).

Benar saja, sejumlah bank BUKU III memang sudah melakukan penurunan suku bunga cukup deras di tahun 2017 guna mengantisipasi persaingan dengan bank besar. PT Bank Mayapada Internasional (Persero) Tbk misalnya yang mengatakan sudah menurunkan sebanyak 250 basis poin (bps) suku bunga kredit di tahun lalu.

Bila dilihat secara industri, tingkat penurunan suku bunga tersebut berada jauh di atas rata-rata industri yang selama tahun lalu hanya turun di kisaran 74 bps.

"Kami lakukan (penurunan bunga) supaya bisa bersaing di pasar, di samping karena kami baru naik ke kelas BUKU III," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/2).

Menanggapi tren tersebut, salah satu bank BUKU IV yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengaku tidak khawatir akan semakin ketatnya persaingan.

Bahkan, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menyambut baik niat bank-bank lain untuk masuk ke kredit sektor infrastruktur. Menurutnya, pasar untuk pembiayaan infrastruktur masih terbuka luas dan tidak akan cukup bila digarap oleh bank-bank besar saja.

"Kalau melihat kebutuhan pembiayaan untuk infrastruktur per tahun itu sekitar Rp 1.000 triliun, kalau ekuitas 30% maka masih dibutuhkan Rp 700 triliun," kata Herry kepada Kontan.co.id, Rabu (21/2)

Bank berlogo 46 ini meyakini, apabila kebutuhan sebanyak Rp 700 triliun tersebut hanya digarap oleh BUKU IV maka tidak akan cukup. Sebaliknya, apabila BUKU III dan juga Bank Pembangunan Daerah (BPD) membiayai keperluan tersebut pun tak akan tersanggupi.

"Seluruh bank dan lembaga keuangan perlu sinergi untuk menyukseskan pembangunan infrastruktur," tambahya.

Sebagai informasi saja, BNI mencatat realisasi kredit infrastruktur sepanjang tahun 2017 mencapai Rp 99,5 triliun. Angka ini naik 15,3% secara tahunan atau year on year (yoy).

Jika dilihat sektor infrastruktur yang dibiayai sepanjang 2017, ada lima sektor yang dibiayai BNI. Dari lima sektor ini, yang terbesar adalah jalan tol kontruksi Rp 29,86 triliun, diikuti ketenagalistrikan Rp 28,75 triilun, transportasi Rp 17,22 triliun, telekomunikasi Rp 11,06 triliun dan minyak gas bumi Rp 12,63 triliun.

Adapun, sepanjang tahun ini bank bersandi emiten BBNI ini optimis kredit infrastruktur tetap tumbuh stabil di kisaran 15%.

Senada, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sebagai bank spesialis penyalur kredit konstruksi perumahan dan ujung tombak program sejuta rumah milik pemerintah mengaku tak khawatir akan tren tersebut.

Alasannya, Direktur BTN Oni Ferbriarto menilai BTN memang sudah memiliki brand image sebagai pemimpin pangsa pasar di perumahan. Pun, apabila BUKU III dan BPD ingin menggarap pasar perumahan, BTN menilai pengaruhnya tidak akan terlalu besar.

"Kredit konstruksi BTN perumahan, karena brand image BTN di perumahan sudah sangat kuat maka pengaruhnya tidak besar," imbuhnya.

Catatan saja, kredit konstruksi BTN pada akhir tahun lalu naik 18,98% yoy dari Rp 21,92 triliun menjadi Rp 26,08 triliun. Melihat masih besarnya potensi sektor tersebut, Oni pun menargetkan kredit konstruksi BTN mampu tumbuh sebesar 30% tahun ini.

Tak hanya dua bank itu saja, bank plat merah lain seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang juga menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia mengaku tidak terganggu apabila bank BUKU III berniat menggarap sektor infrastruktur.

"Segmen korporasi dan infrastruktur itu membutuhkan pendanaan yang besar, jadi diperlukan banyak bank untuk membiayainya," kata Rohan.

Sebagai informasi, total kredit infrastruktur Bank Mandiri mencapai Rp 141 triliun. Jumlah tersebut juga setara dengan 21,9% dari total kredit perseroan yang mencapai RpĀ  644,3 triliun tahun lalu. Realisasi tersebut naik tipis yakni sebesar 6,9% dibandingkan tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×