kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank masih bisa menjaga likuiditas valas


Kamis, 12 Juli 2018 / 09:09 WIB
Bank masih bisa menjaga likuiditas valas


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas valuta asing (valas) di perbankan kian seret terpapar efek tren kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) alias fed fund rate. Seperti diketahui, pada tahun ini The Fed telah menaikkan bunga acuan sebanyak dua kali. Pertama pada 22 Maret 2018 sebesar 25 basis poin (bps) dan kedua pada 14 Juni 2018 lalu sebesar 25bps. Saat ini suku bunga acuan AS menjadi 1,75% hingga 2%.

Berdasarkan riset Sinarmas Sekuritas pada 28 Juni 2018, Kepala Riset Sinarmas Sekuritas Evan Lie Hadiwidjaja mencatat. sampai April 2018 cadangan valas di Indonesia turun menjadi US$ 124,9 miliar dari Maret 2018 yang sebesar US$ 126 miliar.

Penurunan cadangan valas ini karena upaya Bank Indonesia (BI) untuk mengintervensi rupiah. Likuiditas valas yang ketat juga ditunjukkan oleh rasio kredit dibanding simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) valas yang meningkat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), LDR bank di April 2018 berada di level 97,3% atau naik 864 basis poin secara year on year (yoy).

Kenaikan LDR terjadi karena pertumbuhan kredit valas tidak diiringi dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valas. Sekadar informasi, pertumbuhan kredit valas di April 2018 sebesar 11% yoy menjadi Rp 700 ,49 miliar sedangkan DPK valas hanya tumbuh 2,1% yoy menjadi Rp 738,92 miliar.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), mengatakan, saat ini bank tidak terlalu banyak terpapar risiko valas. "Dana valas kami tidak terlalu banyak karena kami berkaca pada krisis 1998 lalu," kata Jahja, Rabu (11/7).

Jika mengalami kelebihan dana valas, BCA akan menempatkan dana di instrumen moneter BI. Sebagai gambaran likuiditas valas BCA saat ini masih terjaga pada angka sebesar 65%.

Sementara Bank BNI mencatat rasio likuiditas valas masih berada di angka 85%. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valas BNI masih dapat menopang kebutuhan ekspansi kredit valas.

Rico Rizal Budidarmo, Direktur Bisnis Tresuri dan Internasional BNI, mengatakan, kondisi likuiditas valas saat ini lebih terpengaruh sentimen global yaitu kenaikan suku bunga acuan AS dan kekhawatiran dampak perang dagang antara Amerika dan China. "Komitmen BI menstabilkan nilai tukar dan rencana pemerintah secara bertahap mengurangi impor dipandang positif oleh pasar," kata Rico , Rabu (11/7).

Hal tersebut tecermin dari dana keluar atau capital outflow dari bursa saham yang mulai mereda. Investor asing tampak berangsur mulai masuk kembali ke pasar saham dan obligasi. Dalam kurun waktu antara 2 Juli–10 Juli 2018, tercatat investor asing masuk di pasar modal sebesar Rp 4,4 triliun. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong pasokan likuiditas valas di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×