kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga PUAB mekar, likuiditas ketat?


Selasa, 01 September 2015 / 21:23 WIB
Bunga PUAB mekar, likuiditas ketat?


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Kebutuhan likuiditas yang meningkat sepertinya ikut mengerek suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

Buktinya, suku bunga PUAB overnight menunjukkan tren meningkat, yakni dari hanya 5,65% pada awal Agustus 2015 menjadi 5,75% pada awal September 2015.

Suku bunga PUAB bertenor satu minggu bahkan tembus 6,00% dari bulan lalu sebesar 5,83%.

PUAB merupakan alternatif pendanaan yang bisa ditempuh bank, selain menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat.

Bank Indonesia (BI) menggiring perbankan untuk memanfaatkan PUAB, mengingat bunga pinjaman dari BI ke bank lumayan mahal.

Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama PT Bank Central Asia (Persero) mengatakan, secara umum, suku bunga PUAB akan menanjak apabila likuiditas mengering.

“Biasanya likuiditas agak ketat, maka PUAB naik,” ujarnya singkat kepada KONTAN, Selasa (1/9).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Mei 2015, rata-rata Loan to Deposit Ratio/LDR perbankan berkisar 88,72%.

LDR ini merupakan rasio antara kredit yang disalurkan bank terhadap dana yang dihimpun. Rasio ini menunjukkan likuiditas perbankan.

Adapun, rasio LDR bank BUKU III paling tinggi, yakni sebesar 96,36%. Diikuti oleh LDR dari bank BUKU 4 sebesar 85,16%, bank BUKU 2 84,18% dan bank BUKU 1 76,20%.

“Likuiditas BCA sendiri tercermin dari LDR yang masih sekitar 75%,” terang Jahja.

Ali Rukmijah, Direktur Utama Bank Sampoerna mengaku, selama ini, perseroannya tidak aktif dalam arus pergerakan likuiditas interbank.

“Kami tidak aktif di PUAB. Sehingga, memang tidak banyak tahu,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×