kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,27   6,81   0.74%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasca merger, bank syariah pelat merah bakal kuasai pasar perbankan syariah


Senin, 12 Oktober 2020 / 22:30 WIB
Pasca merger, bank syariah pelat merah bakal kuasai pasar perbankan syariah
ILUSTRASI. Bank BUMN Syariah


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Kementerian BUMN untuk menggabungkan bank syariah entitas anak bank pelat merah makin serius. Buktinya, pada Selasa (13/10), bakal dilangsungkan penandatanganan Conditional Merger Agreement.

Acara penandatanganan akan dihadiri oleh Wakil Direktur PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi sekaligus Ketua Tim Project Management Office, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo, Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Sis Apik Wijayantodan Dtrektur Utama PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) Ngatari. 

Sayangnya saat dikonfirmasi, nama-nama tersebut masih tutup mulut. “Tunggu besok saja ya saat konferensi pers,” kata Sis Apik kepada Kontan.co,id, Senin (11/10) malam.

Baca Juga: Swasta bisa masuk industri pertahanan, pengamat: Bisa hemat keuangan negara

Merujuk laporan keuangan BRI Syariah, PT Bank BNI Syariah, PT Bank Mandiri Syariah, dan Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), aksi konsolidasi ini bakal makin menguatkan dominasi bank syariah pelat merah terhadap pangsa pasar perbankan syariah. 

Sampai akhir Juni 2020, Mandiri Syariah memiliki aset Rp 114,40 triliun, BNI Syariah senilai Rp 50,76 triliun, BRI Syariah sebanyak Rp 31,08 triliun, dan UUS BTN sebesar Rp 31,08 triliun. 

Ini membuat total aset bank hasil merger akan mencapai Rp 245,83 triliun. Nilai tersebut pun setara 46,46% dari total aset perbankan syariah, termasuk UUS yang senilai Rp 529,06 triliun. 

Sedangkan dari segi pembiayaan, jika digabungkan nilainya mencapai Rp 168,54 triliun, atau setara 45,54% dari total pembiayaan perbankan syariah senilai Rp 370,04 triliun. 
Bank Mandiri Syariah berkontribusi paling besar dengan nilai Rp 75,61 triliun. Disusul BRI Syariah Rp 37,43 triliun, BNI Syariah Rp 31,63 triliun, dan UUS BTN Rp 23,87 triliun. 

Sementara dari segi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) empat entitas tersebut tercatat menghimpun DPK senilai Rp 204,82 triliun atau setara 48,98% dari total perbankan syariah senilai Rp 418,15 triliun. 

Mandiri Syariah kembali punya kontribusi paling besar senilai Rp 101,76 triliun. Diikuti BNI Syariah Rp 43,64 triliun, kemudian BRI Syariah Rp 38,59 triliun, dan UUS BTN Rp 20,80 triliun. 

Sebagai catatan, nilai aset, pembiayaan dan DPK tersebut masih dapat melonjak tinggi lagi. Ini terkait ketentuan pelimpahan aset bank pelat merah kepada entitas bank syariahnya di Provinsi Aceh guna memenuhi ketentuan Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS).

Baca Juga: Optimalkan penyaluran dana PEN, bank gandeng fintech

Beleid syariah tersebut mewajibkan pada 2022, seluruh lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh mesti berprinsip syariah. makanya para bank pelat merah bakal mengalihkan aset-asetnya ke entitas anak bank syariahnya. 

“Konversi aset BRI ke BRI Syariah di Aceh kini sudah mencapai 74%, sementara pembiayaan sudah selesai dikonversi. Ini juga bisa meningkatkan nilai tambah BRI Syariah sekaligus mendorong rencana merger bank syariah BUMN,” ungkap Corpoate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Kontan.co.id akhir September lalu.

Selanjutnya: Tren restrukturisasi kredit imbas pandemi Covid-19 melandai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×