Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meskipun hasil investasinya anjlok, PT Asuransi Jiwa Sinar Mas tetap memasang target perolehan premi yang tinggi tahun ini. Anak perusahaan PT Sinarmas Multiartha Tbk itu menargetkan premi bersihnya di 2009 ini naik 50% dari tahun lalu.
Karena premi tahun lalu senilai Rp 5,1 triliun, berarti Sinar Mas tahun ini menargetkan pendapatan sekitar Rp 7,5 triliun. "Bancassurance sangat membantu peningkatan produktivitas premi bersih kami," kata Sugeng Wibowo, Direktur Marketing Sinar Mas, Minggu (12/4).
Bancassurance menyumbang 70% dari seluruh premi Sinar Mas. Jaringan agen menyumbang 25% premi, dan korporasi serta telemarketing menghasilkan 5%.
Untuk mencapai target tahun ini, Sinar Mas akan memperkuat menambah 2000 agen. Mereka juga akan memperkuat jaringan penjualan bancassurance dengan menambah kerjasama dengan bank lain.
Saat ini, Sinar Mas bekerjasama dengan PT Bank International Indonesia Tbk (BII) Tbk, PT Bank Permata Tbk, dan beberapa bank perkreditan rakyat (BPR). "Pengembangan dan penyediaan produk yang inovatif ikut menyumbang peningkatan pendapatan premi," ucap Sugeng.
Sinar Mas juga berniat menggenjot penjualan produk syariah dan memantapkan lagi produk unitlink. Sugeng yakin, produk gabungan investasi dan asuransi ini akan kembali diminati karena imbal hasilnya akan membaik.
Di luar itu, Sinar Mas akan memodifikasi produk-produk konvensionalnya karena peminatnya masih paling besar. Sebanyak 90% pendapatan premi bersih berasal dari produk konvensional ini.
Dengan strategi seperti itu, Sugeng optimistis, target 2009 dapat tercapai. Optimisme ini tidak terlepas dari hasil kinerja Sinar Mas di 2008 lumayan bagus. Saat sejumlah perusahaan asuransi lain mengeluhkan pelemahan kinerja, Sinar Mas mengklaim, pendapatan premi bersihnya mencapai Rp 5,1 triliun, naik 20% dari pencapaian 2007.
Adapun total asetnya tumbuh 17% menjadi Rp 6,65 triliun. Sementara nilai ekuitas nya meningkat 64% menjadi Rp 869 miliar.
Tingkat kesehatan perusahaan ini tetap terjaga, terbukti risk based capital (RBC) meningkat dari 142% menjadi 194%. "Namun laba kami sedikit menurun menjadi Rp 165 miliar akibat menurunnya investasi kami," kata Sugeng tanpa mengungkapkan nilai penurunan laba tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News