Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mulai ramai melakukan transaksi pasar uang antar bank (PUAB) sejak awal tahun. PT Bank Central Asia Tbk misalnya, mencatatkan transaksi PUAB secara volume pada periode Januari hingga Februari 2022 mengalami peningkatan sekitar 20% year on year (yoy).
“Bank dalam mengelola likuiditas akan memanfaatkan semua instrumen yang ada di pasar tidak hanya dengan PUAB namun bisa juga dengan instrumen Repo. Ke depannya, penggunaan instrumen repo ini akan terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pasar keuangan di Indonesia,” ujar Direktur Keuangan Bank Central Asia Vera Eve Lim kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Merujuk data Bank Indonesia (BI), frekuensi rata-rata transaksi PUAB mencapai 76 juta di Januari 2022. Naik 5,56% yoy dari 72 juta di Januari 2021.
Namun secara volume, transaksi PUAB hanya mencapai Rp 6,47 triliun di bulan pertama 2022. Nilai ini turun 7,83% yoy dari posisi yang sama tahun lalu mencapai Rp 7,02 triliun. Artinya, meski secara jumlah sudah meningkat, likuiditas yang masih membuat perbankan tidak terlalu dalam memanfaatkan mekanisme ini.
Baca Juga: Perbankan Makin Aktif Manfaatkan Mekanisme PUAB di Awal Tahun, Ini Penyebabnya
Padahal, suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang longgar mendorong suku bunga kredit perbankan dalam tren terus menurun. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan suku bunga PUAB overnight turun sebesar 26 basis poin sejak Desember 2020 menjadi 2,78% Desember 2021.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyatakan ke depannya dengan perbaikan perekonomian dan pengendalian Covid-19 akan mendorong permintaan kredit. Sehingga transaksi PUAB masih memiliki peluang untuk terus meningkat secara signifikan.
“Namun, saat ini likuiditas perbankan masih berlimpah, sehingga mekanisme pencarian dana di pasar uang antar bank pun masih belum terlihat. Sehingga, permintaan PUAB akan lebih besar di mulai dari kuartal berikutnya seiring bank agresif menyalurkan kredit,” paparnya.
Baca Juga: Menelaah Nilai Ekonomi Metaverse
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News