Reporter: Adrianus Octaviano, Selvi Mayasari | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat bank pelat merah kompak mengerek bunga deposito valas, terutama dalam denominasi dollar Amerika Serikat menjadi 4%. Ini sejalan dengan upaya pemerintah yang tengah berupaya meningkatkan dana dari luar negeri.
Adapun, empat bank yang melakukan hal tersebut adalah PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).
Seperti diketahui, sebelum penyesuaian ini, suku bunga deposito dolar AS di BRI berada pada kisaran 1,00% hingga 2,00% bergantung pada tenor. Sementara Bank Mandiri menawarkan 0,75% hingga 1,75%. BTN sendiri sebelumnya hanya memberikan bunga 0,2% untuk seluruh tenor hingga dua tahun.
Terkait hal tersebut, Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, penyesuaian ini merupakan strategi bank untuk menghadirkan nilai tambah bagi nasabah, khususnya yang selama ini lebih banyak menempatkan dana valas di luar negeri.
Menurutnya, dengan tingkat bunga yang lebih menarik, BNI membuka peluang bagi nasabah yang selama ini menempatkan dana valasnya di luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia.
"Fokus kami adalah memberikan imbal hasil yang atraktif agar dana valas bisa lebih banyak terserap di dalam negeri," ujar Putrama dalam keterangan tertulis, Rabu (24/9/2025).
Tak hanya itu, Putrama bilang BNI juga memperkuat ekosistem digital melalui wondr by BNI yang menghadirkan kemudahan dalam membuka deposito valas sehingga pembukaan maupun pengelolaan deposito dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.
Baca Juga: Bank Pelat Merah Buka Suara Pasca Kerek Bunga Deposito Valas
Selain itu, dengan jaringan kantor luar negeri BNI yang tersebar di berbagai pusat keuangan global, BNI juga siap menjembatani arus masuk dana investor internasional ke Indonesia.
"Hal ini sejalan dengan upaya kami menjaga stabilitas nilai tukar serta memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi investasi yang aman dan kompetitif," tambah Putrama.
Sependapat, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan penyesuaian suku bunga USD tersebut merupakan strategi perseroan untuk menarik lebih banyak dana valuta asing ke Indonesia.
“Kami ingin memastikan bahwa produk valas BTN tetap kompetitif dan menjadi pilihan menarik bagi nasabah, baik dari dalam maupun luar negeri,” jelas Nixon.
Nixon melanjutkan kebijakan tersebut juga menjadi wujud upaya BTN mendukung stabilitas sektor keuangan nasional. Ia bilang BTN berharap nasabah semakin yakin untuk menempatkan dana USD di dalam negeri.
"Penempatan tersebut bukan hanya sebagai instrumen investasi aman tapi juga turut memperkuat likuiditas perbankan Indonesia,” tutur Nixon.
Sementara Direktur Utama Bank Mandiri Riduan menjelaskan, kebijakan ini sejalan dengan arahan strategis pemerintah dalam menjaga stabilitas nilai tukar serta memperkuat daya saing industri perbankan nasional.
Baca Juga: Bank Mandiri Naikkan Suku Bunga Deposito Valas Jadi 4%, Ini Alasannya
“Bank Mandiri hadir dengan produk simpanan valas yang kompetitif serta layanan lengkap untuk membantu nasabah mengoptimalkan dana dan transaksi bisnis, baik di onshore maupun offshore. Pada saat yang sama, kami berperan sebagai mitra strategis pemerintah dalam memperkuat stabilitas nilai tukar dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkapnya.
Lebih lanjut Riduan menjelaskan, sebagai bank nasional dengan posisi strategis, Bank Mandiri terus berinovasi untuk menghadirkan pengalaman terbaik bagi nasabah dalam mengelola dana valas. Salah satunya melalui penawaran counter rate deposito USD yang kompetitif,yaitu sebesar 4%.
"Inisiatif ini menegaskan komitmen kami dalam mendukung terciptanya ekosistem keuangan yang stabil, sehat, dan berdaya saing global,” imbuh Riduan.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyatakan, langkah ini diharapkan dapat menjadi magnet baru bagi investor ritel maupun institusi, baik domestik maupun internasional, yang tengah mencari instrumen simpanan dengan imbal hasil kompetitif di tengah kondisi pasar global yang masih diliputi dengan ketidakpastian.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut tidak hanya memberikan alternatif diversifikasi portofolio bagi investor domestik dan asing yang ingin menempatkan dananya di Indonesia, tetapi juga mempertegas posisi BRI sebagai bank dengan fundamental kuat dan likuiditas stabil.
“Dengan tingkat bunga yang lebih menarik, BRI membuka peluang bagi investor untuk memperoleh imbal hasil optimal sembari mengakses stabilitas sistem keuangan Indonesia yang terus berkembang,” jelas Hery.
Baca Juga: BRI Naikkan Suku Bunga Deposito Valas USD Perkuat Daya Tarik Indonesia bagi Investor
Hery menambahkan, kenaikan suku bunga deposito valas merupakan respon BRI terhadap dinamika pasar global sekaligus strategi untuk memperluas basis dana valuta asing.
“Peningkatan suku bunga deposito valas ini menjadi salah satu upaya BRI dalam memberikan nilai tambah bagi nasabah, sekaligus memperkuat likuiditas perseroan dalam denominasi mata uang asing,” ujarnya.
Dengan bunga kompetitif tersebut, BRI optimistis produk simpanan valas akan semakin diminati baik oleh nasabah individu maupun institusi. Terlebih, perseroan terus meningkatkan kemudahan layanan melalui kanal digital seperti BRImo dan QLola, sehingga pembukaan maupun pengelolaan deposito dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.
Kebijakan ini juga sejalan dengan transformasi BRI sebagai universal bank yang tidak hanya berfokus pada pembiayaan UMKM, tetapi juga turut memperkuat segmen wholesale, treasury, dan layanan berbasis valas.
“Dengan suku bunga yang semakin menarik, kami berharap dapat memberikan pilihan terbaik bagi nasabah yang ingin menjaga asetnya dalam mata uang asing, sekaligus mendukung strategi BRI dalam memperluas basis dana dan menjaga stabilitas likuiditas,” pungkas Hery Gunardi.
Baca Juga: BTN Sesuaikan Bunga Deposito Valas, Ini Alasannya
Sementara menurut Analis Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, ini merupakan keputusan yang berani dari Himbara, dan seharusnya berdampak positif untuk mendongkrak likuiditas valas dalam negeri.
"Jadi harapannya dengan suku bunga deposito yang cukup tinggi, ini berarti kan sudah mendekati level fed fund rate, kalau bunga the fed batas atasnya saja 4,25%, kalau kita lihat ini bunga depositonya sudah Di level 4 persen. Jadi memang ini keputusannya cukup berani ya," ungkap Myrdal.
Sementara kata Myrdal kalau dilihat untuk suku bunga penjaminan valas dari LPS juga akan di bawah ini, jadi di harapkan akan banyak dana-dana orang Indonesia yang ada di luar negeri di pindahkan ke Indonesia. Jadi diharapkan likuiditas valas bisa berlimpah, dan posisi cadangan devisa juga bisa menopang fluktuasi nilai tukar rupiah untuk ke depannya.
“Mudah-mudahan dana dari orang Indonesia yang ditaruh di luar itu bisa mereka taruh disini, dan harapannya dana pihak ketiga juga pertumbuhannya bisa meningkat ke level 7-9%,” imbuhnya.
Baca Juga: BTN Sudah Mulai Turunkan Deposito Special Rate
Adapun Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, hal ini memang berkaitan dengan kebutuhan likuiditas valas mengantisipasi pelemahan kurs rupiah beberapa bulan kedepan.
“Meski injeksi likuiditas dilakukan pemerintah dalam bentuk perpindahan dana dari BI ke himbara namun masalahnya ada di pasokan valas,” katanya.
Bhima melihat, tantangannya bagi deposan adalah selisih bunga penjaminan LPS untuk deposito valas dengan bunga bank terlalu lebar.
“Ini di satu sisi membuat deposan valas yang incar bunga tinggi bergeser ke himbara, tapi bagi sebagian deposan justru masuk ke instrumen lain misalnya ke SBN,” ucap Bhima.
Baca Juga: Merespon Dinamika Pasar Global, BRI Menaikkan Bunga Deposito Valas Jadi 4%
Selanjutnya: Relaksasi Pajak Jakarta: Potongan PKB, Diskon BPHTB, hingga PBB Sekolah Gratis 100%
Menarik Dibaca: Jumlahnya Makin Meningkat, Ini Cara Mengelola Sampah Elektronik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News