Reporter: Herry Prasetyo |
JAKARTA. Manajemen Bank Syariah Bukopin (BSB) berharap bisa mencairkan pinjaman subordinasi atau subordinate loan (SOL) dari Bank Bukopin dengan nilai maksimal Rp 100 miliar.
BSB sudah mengajukan pinjaman pada Juli lalu. "Masih menunggu persetujuan dari BI," kata Presiden Direktur BSB Riyanto, Rabu (4/11). Ia berharap, bulan ini proses nya bisa selesai sehingga SOL bisa segera didapat.
Pinjaman tersebut digunakan untuk memperkuat permodalan. Sampai saat ini, capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BSB masih kurang dari 10%. "Untuk mengejar pertumbuhan, tentu saja kami harus menaikkan CAR," ujar dia.
Riyanto menuturkan, SOL dari Bukopin tersebut sebenarnya merupakan selisih antara aset dengan kewajiban pada saat pemisahan (spin off) BSB yang pada waktu itu bernama Unit Usaha Syariah (UUS) Bukopin, dari Bank Bukopin. "Aset pada waktu spin off, kan, lebih besar, jadi ada selisih," ujarnya.
Sebagian kecil dari selisih itu diperlakukan sebagai pinjaman. Jangka waktunya bakal lebih dari lima tahun. Yield disesuaikan pasar. "Karena jangka waktunya panjang, pinjaman tersebut bisa dicatat sebagai modal," kata Riyanto. Jika ini terealisasi, CAR BSB naik menjadi 11,6%.
Sejak spin off pada Juli lalu, CAR BSB merosot tajam. Jika pada Juni 2009 posisi CAR masih di angka 28,23%, pada bulan Juli 2009 turun ke posisi 8,59%. "Itu karena seluruh pembiayaan dan aktiva UUS Bukopin dipisahkan dari Bukopin dan kemudian digabung menjadi BSB," kata Riyanto.
Sekadar catatan, hingga Oktober 2009, outstanding pembiayaan BSB telah mencapai Rp 1,18 triliun. Akhir tahun nanti, Riyanto menargetkan total pembiayaan bisa mencapai Rp 1,3 triliun. "Ini bakal tercapai karena saat ini, pengajuan pembiayaan yang sedang kami proses mencapai Rp 100 miliar," katanya. Untuk 2010, ia menargetkan pertumbuhan aset dan pembiayaan mencapai 30% hingga 40%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News