kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bank Syariah Harus Fokus Menggenjot Dana Murah


Jumat, 19 Juli 2013 / 08:43 WIB
Bank Syariah Harus Fokus Menggenjot Dana Murah
ILUSTRASI. Dev Patel dalam film Hotel Mumbai, yang diadaptasi dari tragedi kisah nyata serangan teroris di India pada tahun 2008.


Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Roy Franedya

JAKARTA. Sistem syariah berpeluang menjadi salah satu jasa keuangan terbesar di Indonesia. Tapi, agar bisa bersaing, perbankan syariah harus menyelesaikan pekerjaan rumah utama, yakni mengumpulkan dan murah agar kompetitif menghadapi bank umum.

Direktur Utama Bank BNI Syariah, Dinno Indiano, mengatakan pentingnya menggenjot dana murah dan mengurangi dana mahal, agar mengurangi risiko dan penurunan margin, karena kenaikan biaya dana yang tinggi.

Selain itu, meningkatkan nasabah dana murah akan meningkatkan pendapatan non-bunga bank. Banyak nasabah dana murah menggunakan jasa bank untuk bertransaksi. "Saat ini pricing pembiayaan syariah lebih tinggi antara 2%-3% dibandingkan bunga bank konvensional," ujarnya, Rabu (17/7).

Menurut data di Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), porsi dana mahal di bank syariah memang cukup mendominasi. Per Mei 2013, dari total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 164 triliun, sebesar  62% deposito. Sisanya, 29% tabungan dan giro 10%. Hal ini berbeda jauh dengan bank konvensional, porsi deposito hanya sekitar 44% sementara tabungan 32% dan giro sekitar 25%.

Tetapi mengumpulkan dana murah bukan perkara mudah.   Bank syariah harus menyediakan dana investasi yang besar guna membangun layanan electronic banking (e-banking) dan jaringan kantor. Maklum, kultur penabung Indonesia senang menggunakan jasa perbankan yang dekat dengan tempat tinggal. Bila layanan kantor bank syariah jauh, mereka lebih memilih menggunakan layanan bank konvensional.

Bank syariah juga harus berhadapan kultur perusahaan yang menggunakan rekening payroll dengan rekening perusahaan pada bank yang sama. Hal ini menghambat bank syariah mengakuisisi nasabah korporasi melalui layanan giro.

Dino menambahkan, saat ini perbankan syariah bisa memanfaatkan dana murah melalui dana haji yang akan segera dialihkan dari bank konvensional ke bank syariah. Juga dana wakaf yang potensinya diperkirakan mencapai Rp 20 triliun per tahun. "Dana-dana ini murah dan bersifat jangka panjang, sehingga baik bagi bank," tambahnya.

Bendahara Asbisindo, Benny Witjaksono, mengakui perbankan syariah memang lebih fokus menyalurkan pembiayaan ketimbang mengumpulkan dana murah. Namun, hal ini dianggap lumrah, mengingat pembiayaan bank syariah fokus pada sektor riil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×