Reporter: Magdalena Sihite,Sanny Cicilia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak hanya ekonom, para bankir pun berharap Bank Indonesia (BI) mulai mengerem kenaikan suku bunga acuan BI rate. Dengan begitu bank masih memiliki ruang gerak untuk menyalurkan kredit.
Direktur Treasury dan Internasional PT BNI Tbk. Bien Subiantoro mengatakan tak ada alasan bagi BI menaikkan BI rate. Apalagi, likuiditas baru mulai melonggar.
Jika BI rate tak lagi menanjak, Bien meramal para bankir akan mengerem laju kenaikan bunga kredit. Saat ini, bunga kredit perbankan berkisar 13%-17%. "Bunga kredit ini masih bisa membuat kredit tetap mengalir meski tak terlalu ekspansif," kata Bien, kemarin.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Sofyan Basir menimpali, gara-gara krisis keuangan global, sekarang ini tekanan kepada pengusaha cukup besar. Bank tak mau lagi menambahkan beban dengan menaikkan bunga kredit.
Bagi bankir, menaikkan bunga kredit di masa sekarang sama saja dengan menaikkan risiko kredit macet. Padahal jika kredit macet meningkat, bank mesti menambah biaya pencadangan kredit. "Tentu kenaikan biaya pencadangan akan menggerus laba perbankan. Makanya lebih baik BI menahan kenaikan BI rate. Malah, kalau bisa, menurunkannya," tambah Sofyan.
Idealnya, menurut Sofyan, besaran BI rate berkisar 9% per tahun. "Posisi ini nyaman bagi perbankan sekaligus untuk pengusaha," tuturnya.
Sofyan mengaku, selama ini BRI tidak mendistribusikan langsung kenaikan bunga pinjaman ke nasabah agar tidak menaikkan potensi kredit macet. "Jadi BRI berupaya untuk melakukan efisiensi sehingga tidak menggerus keuntungan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News