kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi bankir hadapi NPL ruko


Senin, 07 Agustus 2017 / 19:30 WIB
Begini strategi bankir hadapi NPL ruko


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Johana K.

JAKARTA. Beberapa bankir sudah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi risiko kredit disektor properti komersial atau ruko.

Randi Anto Direktur Konsumer Bank BRI mengatakan, penyaluran kredit ruko dan perkantoran disalurkan kepada nasabah lama yang mempunyai rekam jejak yang bagus. "Selain itu nasaah juga dipilih yang bisa mengembangkan usaha dan melakukan penambahan aset," ujar Randi kepada KONTAN, Senin (7/8). Sehingga dengan hal ini, risiko nasabah sudah bisa terukur jelas.

Begitu juga dengan Bank OCBC NISP yang sudah menyiapkan strategi untuk antisipasi kredit bermasalah (NPL) dari sektor ruko.  Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC NISP mengatakan untuk mengantisipasi risiko kredit ruko bank memastikan aset yang dibeli digunakan sebagai tempat usaha debitur. "Bukan untuk spekulasi," ujar Parwati kepada KONTAN, Senin (7/8). OCBC NISP sendiri mengaku, mempunyai eksposure di kredit ruko dan rukan dengan NPL dibawah 1,5%.

Di lain pihak, Bank BCA tak terlalu banyak merisaukan risiko kredit macet dari sektor ruko dan perkantoran lantaran eksposur kredit pada sektor itu tak bermasalah. Jahja Setiaatmaja, Direktur Utama BCA mengatakan, saat ini bank tidak banyak memiliki eksposure kredit ruko dan perkantoran. "NPL sektor ini juga masih terjaga bagus diangka 0,7%," ujar Jahja kepada KONTAN. Dari awal, menurut Jahja, BCA memang tidak banyak bermain disektor ini.

Begitu juga dengan Bank BTN yang tak banyak bermain pada properti ruko dan kantor. Handayani, Direktur Konsumer BTN juga mengklaim, eksposure kredit di ruko sangat kecil. "Kami sangat kecil eksposure di pembiayaan ruko dan kantor," ujar Handayani kepada KONTAN.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sejak Februari 2015, rasio kredit bermasalah (NPL) disektor ruko dan perkantoran mengalami tren kenaikan.

Sampai Juni 2017, OJK mencatat NPL ruko mencapai 4,58% atau tertinggi dalam lima tahun terakhir. Tingginya NPL ruko ini diduga karena imbas penjualan usaha di ruko yang mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan maraknya transaksi berbasis e-commmerce yang sebagian memotong jalur distribusi dari produsen ke konsumen.

Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK mengatakan NPL ruko merupakan tertinggi diantara sektor konsumsi lain. "Jadi memang ada indikasi usaha ruko dan bisnis ruko yang melambat," ujar Aslan kepada KONTAN, Senin (7/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×