Reporter: Astri Kharina Bangun |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih optimistis dengan kondisi rupiah yang belakangan melemah. Pasalnya, rata-rata depresiasi yang dialami rupiah sejak 31 September 2011 hingga akhir pekan lalu masih lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan Asia.
"Memang tidak bisa dipungkiri yang terjadi di tingkat global memberi tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Namun, secara keseluruhan rupiah masih lebih baik dibandingkan Malaysia, Korea, dan Singapura," papar Direktur Riset dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo, Selasa (29/11).
Ia memaparkan terhitung sejak 31 Agustus 2011 sampai dengan 25 November 2011 rupiah terdepresiasi sebesar 5,8% terhadap dollar AS. Sementara itu, ringgit terdepresiasi 6,7%, won terdepresiasi 8%, dan dollar Singapura tertekan 8,2%. Sementara itu, masih lebih baik dari kondisi rupiah adalah mata uang Thailand dan Filipina yang pada kurun waktu serupa terdepresiasi masing-masing terdepresiasi sebesar 4,2% dan 3,2%.
"Tidak mungkin saat di seluruh dunia mengalami pelemahan, Asia melemah, kita (rupiah) menguat sendirian. Komitmen BI terkait stabilitas nilai tukar tetap sejalan dengan perkembangan kawasan," ujar Perry.
Perry menambahkan, bank sentral akan terus melakukan stabilisasi rupiah di pasar valas maupun SUN untuk menjaga rupiah. BI melepas dollar AS untuk mendapatkan rupiah. Rupiah yang didapat kemudian digunakan untuk membeli SUN.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menilai hingga akhir tahun ini pergerakan rupiah terhadap dollar AS masih akan melaju di atas sebesar Rp 9.000.
"Tekanan masih besar. Proyeksi kami akhir tahun ini levelnya akan di Rp 9.200 per dollar AS. BI akan tahan di situ," tukas Ryan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News