Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Merespon hal ini, PT Bank Central Asia Tbk akan mengkaji dampak kenaikan suku bunga BI 7days Reverse Repo Rate.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyatakan juga akan menyiapkan strategi yang tepat terkait langkah yang ditempuh bank sentral tersebut. Ia menyatakan ini dilakukan guna senantiasa memberikan nilai tambah dan layanan yang optimal bagi segenap nasabah dan masyarakat.
Ia menyatakan BCA sebagai perbankan nasional pada prinsipnya berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan.
"Di tengah situasi inflasi dan mayoritas pengetatan kebijakan moneter secara global, menurut kami Bank Indonesia telah mengambil keputusan mengacu pada pertimbangan fundamental ekonomi dalam rangka mendukung stabilitas dan memperkuat pemulihan perekonomian nasional," ujarnya kepada Kontan.co.id pada Selasa (23/8).
Baca Juga: Bank Mandiri: BI Rate Naik, Kredit Tetap akan Tumbuh Didukung Pemulihan Ekonomi
Adapun total kredit BCA naik 13,8% yoy menjadi Rp 675,4 triliun per semester I 2022. BCA optimis kredit bisa naik 8% hingga 10% di sepanjang tahun ini.
Sedangkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan Perry menambahkan, meski terjadi kenaikan BI Rate 25 bps, ia optimis penyaluran kredit masih akan terus meningkat. Sebab, penawaran dan permintaan kredit masih kuat. “
Kredit perbankan dipengaruhi penawaran dan permintaan, saya lihat dari penawaran perbankan itu memang salah satunya dari suku bunga kredit, tapi bukan satu-satunya faktor. Tapi faktor lain adalah likuiditas tecermin rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 27,92%, sehingga penawaran bank tinggi,” tambahnya.
Faktor lain, lending standard (risk appetite) atau keinginan bank salurkan kredit terus naik. Ketiga, inisiatif dari pemerintah dan regulator terus bergulir. Misalnya, pemerintah melalui kredit usaha rakyat (KUR), subsidi bunga.
BI memberikan kasih insentif 46 sektor prioritas dan UMKM, bisa pelonggaran GWM turun sampai 1,5% per 1 September mendatang. Lalu dari OJK masih berlaku insentif restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.
“Dari sisi permintaan, kami kinerja korporasi dan rumah tangga. Sebagian besar korporasi itu itu sudah jauh membaik, korporasi penjualannya cukup tinggi. Bahkan ada rencana peningkatan belanja modal terus naik," kata dia.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Sinarmas Sekuritas: Outlook IHSG Masih Positif
"Walau masih ada sektor yang baru tumbuh yg dipengaruhi mobilitas seperti perhotelan dan transportasi, tapi sektor lain seperti ekspor, makanan dan minuman, dan perdagangan sudah cukup membaik. Begitupun permintaan kredit UMKM terus meningkat,” jelasnya.
Ia mengaku dari permintaan dan penawaran ini masih tinggi. Ini pulalah yang mendorong kredit perbankan naik 10,71% per Juli 2022. Pertumbuhan ini terjadi seluruh jenis investasi, modal kerja, dan konsumsi dan hampir seluruh sektor.
BI pun mengerek target kredit perbankan jadi lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal tahun menjadi 9% hingga 11%. Semula, bank sentral memasang outlook pertumbuhan kredit tumbuh 6% hingga 8% di sepanjang 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News