kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis uang elektronik terus berkembang


Kamis, 08 November 2012 / 19:54 WIB
Bisnis uang elektronik terus berkembang
ILUSTRASI. Penawaran yang masuk dalam lelang sukuk pekan ini diprediksi cuma sekitar Rp 40 triliun-Rp 50 triliun./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/10/2020.


Reporter: Dian Pitaloka Saraswati |

JAKARTA. Bisnis uang elektronik memang gurih, tak hanya perbankan yang menikmati, tapi juga operator telekomunikasi. Belakangan ini  berapa operator memang sedang gencar mengeluarkan fitur baru dompet elektronik mereka, hasilnya terlihat. Per Semptember lalu, jumlah uang elektronik baik berbasis server maupun chips non bank hanya bergerak stagnan, sementara non bank terus naik.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia, total pemilik uang elektronik mencapai 18,5 juta, penerbit non bank menyumbangkan sekitar 11,1 juta, naik 2,9 juta dari posisi awal tahun 2012. Sementara jumlah kartu yang diterbitkan oleh perbankan mencapai 8,5 juta, hanya naik sekitar 2,1 juta.

Meski jumlah pemilik uang elektronik non bank lebih banyak, volume dan nilai transaksinya masih lebih kecil dari bank. Hingga bulan Agustus 2012, nilai transaksi di bank mencapai Rp 1,073 trilliun, sementara non bank hanya Rp 95,52 milliar.

Namun secara total, dibandingkan tahun lalu, terjadi peningkatan transaksi baik untuk volume maupun nilai transaksi e-money. Pada tahun 2011 total volume transaksi sebesar 41 juta transaksi dengan nilai mencapai Rp 981.30 Miliar. Pada tahun 2012 hingga bulan Agustus 2012, volume dan transaksi uang elektronik sudah lebih besar dibandingkan dengan tahun 2011 yakni 60,277 transaksi, dengan nilai mencapai Rp 1,168 trilliun.

Peran operator menyebarkan uang elektronik berbasis server yang besar namun nilai transaksinya cenderung stagnan disebabkan karena keterbatasan infrastruktur di sisi merchant dan konsumen. "Terutama untuk mengakomodasi kebutuhan top up bagi pemegang kartu masih sangat minimal," kata Boedi Armanto, Direktur Eksekutif Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran BI.

Selain itu menurut dia,  promosinya masih terbatas hanya pada pemegang nomor masing-masing operator. "Berbeda dengan infrastruktur perbankan yang telah memiliki jaringan merchant yang luas dan keragaman delivery channel seperti ATM untuk mengakomodasi kebutuhan pemegang kartu apabila ingin melakukan top up," sambungnya.

Meski demikian,  menurut Boedi, perusahaan telekomunikasi memiliki potensi penting dalam turut mensukseskan less cash society terutama dari luasnya infrastruktur dan jaringan yang mereka miliki. Oleh karena itu kedepan BI akan terus mendorong perusahaan telekomunikasi melalui fasilitasi untuk melakukan sinergi kerjasama dengan perbankan dan membuat peraturan yang kondusif bagi industri uang elektronik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×