Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Sejumlah bank menargetkan kredit infrastruktur bisa ikut menggerakkan pertumbuhan kredit perbankan secara keseluruhan.
Maklum, sampai kuartal 1 2016 lalu tercatat pertumbuhan kredit hanya tumbuh 8,42%, sedangkan target pemerintah sampai akhir tahun pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai 12% sampai 14%.
Meskipun kredit infrastruktur diproyeksi bisa tumbuh double digit pada akhir 2016 nanti, namun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Februari 2016 kredit kontruksi baru mengalami pertumbuhan kredit 15,1%.
Pertumbuhan kredit konstruksi pada dua bulan pertama 2016 ini sedikit lebih rendah dibanding periode yang sama 2015 lalu sebesar 27,94%.
Namun pada dua bulan pertama 2016 ini, tercatat kredit bermasalah atau NPL sektor konstruksi pada dua bulan pertama 2016 ini mengalami penurunan 53 bps menjadi 4,84%.
Bank BUMN yang merupakan bank yang paling banyak menikmati anggaran terbesar untuk infrastruktur pada 2016 sebesar Rp 313,5 triliun mengaku optimis sampai akhir 2016 ini, pertumbuhan kredit infrastruktur bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Contohnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Menurut Direktur Korporasi BNI, Herry Sidharta, sampai akhir 2016, bank berkode BBNI ini menargetkan bisa mencapai pertumbuhan kredit infrastrukur sebesar 35% menjadi Rp 89,3 triliun.
Sebagai gambaran pada 2015 lalu pertumbuhan kredit korporasi BNI tercatat sebesar 21,3%.
“Sampai Maret 2016, beberapa sektor yang menyumbang kenaikan kredit infrastruktur diantaranya adalah proyek pembangkit listrik, minyak dan gas, jalan tol dan kontruksi transportasi dan kredit bidang komunikasi,” ujar Herry kepada KONTAN, Rabu (11/5).
Herry mengatakan, sampai kuartal 1 2016, tercatat realisasi penyaluran pembiyaaan infrastruktur BNI sebesar Rp 71,5 triliun atau 24% dari total kredit BNI.
Dari total kredit infrastruktur BNI tersebut, sebanyak 27% atau 19,5 triliun disumbangkan oleh penyaluran kredit ke pembangkit listrik.
Kedua, sebanyak 16% atau Rp 11,7 triliun dari kredit ke minyak dan gas, ketiga sebanyak 22% atau Rp 15,8 triliun dari kredit jalan tol dan kontruksi. Keempat sebanyak 19% atau Rp 13,7 triliun disumbangkan oleh kredit ke sektor transportasi dan terakhir sebanyak 15% atau Rp 10,8 triliun dari kredit ke sektor telekomunikasi.
Sebagai gambaran, pada kuartal 1 2016, NPL BNI untuk kredit korporasi ini adalah 1,7% atau turun dari periode yang sama 2015 sebesar 2,7%.
Kedepannya untuk menjaga kualitas kredit, BNI mempunyai tiga strategi.
Pertama adalah secara aktif melakukan monitoring NPL dan pra NPL.
Kedua adalah dengan intensif dalam pemantauan atau monitoring terhadap kualitas debitur. Hal ini dilakukan dengan membuat tanda peringatan dini atas aksi yang dibutuhkan jika terhadap permasalahan agar CKPN mengalami penurunan.
Ketiga, dengan fokus pada restrukturisasi dalam perbaikan kolektabilitas debitur baik pra NPL maupun NPL.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News