Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Masih besarnya pasar pembiayaan di daerah, menyebabkan kinerja keuangan bank pembangunan daerah (BPD) cukup kinclong. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), per Juni 2013, BPD berhasil mencetak laba bersih sekitar Rp 5,88 triliun atau tumbuh 28,94%. Kenaikan laba ini lebih tinggi ketimbang laba bank umum yang tumbuh 11,78%.
Penopang tingginya pertumbuhan laba adalah pendapatan bunga, yang berasal dari masih besarnya margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) dan diikuti penurunan beban bunga. Pendapatan bunga BPD mencapai Rp 26,05 triliun atau tumbuh 15,64% secara tahunan. Adapun NIM rata-rata mencapai 7,18%.
Semester I-2013, beban bunga BPD hanya tumbuh 5,41% dari Rp 12,04 triliun menjadi Rp 12,69 triliun. Penyebabnya, BPD menekan pertumbuhan dana mahal. Deposito BPD hanya tumbuh 0,66% menjadi Rp 120,5 triliun.
Bank DKI jadi salah satu BPD pencetak laba besar. Bank milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini mencetak laba bersih sekitar Rp 431 miliar atau tumbuh 64%.
Direktur Utama Bank DKI, Eko Budiwiyono, mengatakan pencapaian tersebut ditopang aktifnya Bank DKI menyalurkan kredit. Maklum, permintaan pembiayaan captive market BPD atau pegawai negeri sipil (PNS) masih tinggi. "Ekspansi kami dalam menyalurkan kredit karena kami baru mendapat suntikan modal Rp 450 miliar dari pemegang saham," ujarnya.
Eko menambahkan, semester II pihaknya akan semakin ekspansi. Bank DKI menargetkan, akhir tahun kredit bisa tumbuh hingga Rp 21,4 triliun atau tumbuh 42,73%. Ekspansifnya kredit akan membuat laba bersih akhir tahun menjadi Rp 782 miliar.
Bank lain yang mencetak laba besar semester I adalah Bank Jabar Banten (BJB). Bank daerah yang telah menjadi bank publik ini mencatatkan laba bersih Rp 941 miliar atau tumbuh 14,34% dari tahun lalu.
Direktur Utama BJB, Bien Subiantoro, mengatakan kenaikkan laba bersih berasal dari peningkatan pendapatan bunga kredit. Pendapatan bunga kredit terkerek 14,46% menjadi Rp 3,92 triliun. "Laba bersih diperoleh dari ekspansi kredit, yang tumbuh sekitar 33%, yang berimbas pada kenaikan pendapatan bunga," terang.
Faktor lain, beban bunga dan bagi hasil syariah menurun menjadi Rp 1,54 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar
Rp 1,56 triliun. Penurunan terjadi karena BJB memperlambat pertumbuhan deposito dan meningkatkan dana murah (tabungan dan giro). Akhir tahun, BJB diharapkan mencetak laba Rp 1,6 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News