kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   18,00   0,11%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

BRI Targetkan Porsi Loan at Risk Menjadi Single Digit pada 2025


Kamis, 20 Juli 2023 / 12:51 WIB
BRI Targetkan Porsi Loan at Risk Menjadi Single Digit pada 2025
ILUSTRASI. BRI menargetkan loan at risk bisa turun menjadi single digit pada akhir tahun depan atau tahun 2025./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi yang semakin membaik mendorong optimisme PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk menurunkan kredit yang direstrukturisasi pasca pandemi Covid-19. Alhasil, rasio Loan at Risk (LAR) juga bisa membaik.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan rasio Loan at Risk (LAR) BRI per Juni 2023 ada di level 15,1%. Harapannya, angka tersebut bisa turun menjadi single digit pada akhir tahun depan atau tahun 2025.

Dalam hal ini, Agus menyebutkan target tersebut perlu dilakukan beriringan dengan menurunkan kredit yang direstrukturisasi. Posisi Juni 2023, BRI mencatat kredit yang direstrukturisasi sekitar Rp 83,2 triliun atau sekitar 7,64% dari total kredit BRI. 

Baca Juga: Bankir Bersiap Hapus Buku Kredit Macet UMKM

“Jadi setiap bulan kami turun antara Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun. Mudah-mudahan sisanya ini bisa kami kelola hingga akhir tahun ini terus menurun,” ujar Agus dalam keterangan resmi, Kamis (20/7).

Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.

Adapun NPL coverage BRI selama masa pandemi yaitu mencapai sebesar 247,98% pada 2020, atau naik menjadi 278,14% pada 2021. Pada 2022 persentasenya ditingkatkan menjadi 291,54%. Sedangkan pada kuartal I/2023 sebesar 268,93%.

“Jadi 2020, 2021 sampai 2022 memang kami di BRI melakukan upaya mitigasi yang sangat konservatif. Di mana pencadangan-pencadangan yang kami lakukan cukup memadai sehingga dibandingkan posisi pre-pandemic kenaikannya cukup signifikan,” lanjutnya.

Hal itu juga telah mengerek cost of credit, yang biasanya sebelum pandemi hanya sekitar 2% menjadi 3% selama masa pandemi. Sedangkan untuk tahun ini, BRI memproyeksikan cost of credit  mulai turun dan berada di kisaran 2,2%-2,4%.

Baca Juga: BRI Siap Mendukung Rencana Pemerintah untuk Hapus Kredit UMKM

Menurut Agus, kendati kondisi industri perbankan nasional saat ini lebih baik dan cost of credit BRI mulai turun setelah didera pandemi, BRI tetap melakukan pencadangan secara konservatif. 

BRI tidak ingin mengabaikan kondisi ekonomi di tataran global yang masih penuh ketidakpastian.

“Jadi meskipun kondisi domestik membaik, kami tidak mengabaikan kondisi di luar,” tandas Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×