Reporter: Roy Franedya |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus mendorong penurunan suku bunga kredit agar bisa menopang pertumbuhan sektor riil. Namun, regulator mengaku membutuhkan waktu lama merealisasikan harapan tersebut. BI beralasan, memaksa industri menurunkan bunga secara drastis dapat memicu gejolak.
Gubernur BI, Darmin Nasution, mengatakan pihaknya sudah mengidentifikasi dua area yang mengakibatkan bunga kredit masih tinggi. Yakni, cost of fund atau biaya dana dan margin.
"Kami sedang berusaha menyelesaikan masalah pada dua area ini. Bila masalah kedua area ini selesai kami percaya tingkat bunga dana dan bunga kredit akan turun teratur," ujarnya, Senin (12/7).
Dalam menyelesaikan biaya dana, BI sudah memulai sejak tahun lalu. Mulai menggiring suku bunga acuan (BI rate) turun, memperlebar koridor batas bawah Operasi Pasar Terbuka (OPT) menjadi 200 basis poin di bawah BI rate, hingga mendorong agar bunga wajar penjaminan (LPS rate) di bawah BI rate. Kebijakan tersebut sejauh ini menggiring penurunan bunga di pasar uang antar bank (PUAB).
Di luar itu ada faktor yang tidak kalah penting, yaitu pengendalian inflasi. Beberapa tahun terakhir, inflasi relatif terkendali. Ini menurunkan biaya dana. "Inflasi tinggi mendorong nasabah meminta return tinggi. Kami masih mempunyai cara lain tetapi kami belum mau menjelaskan," tambah Darmin.
Agar mengecilkan margin atau spread, BI akan mengacu ke negara lain yang memiliki struktur perbankan mirip Indonesia, seperti Filipina. Benchmarking terutama untuk biaya bank. Namun, BI tidak akan mengeluarkan peraturan khusus mengenai hal ini. "Kami akan memanggil direksi bank bahkan pemegang sahamnya. Kami akan memberitahu benchmark BI segini dan apa saja yang harus mereka lakukan dalam menekan biaya," terang Darmin.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, mengatakan bunga kredit dan bunga simpanan ditentukan permintaan dan penawaran serta ketersediaan likuiditas. "Bunga simpanan turun, bunga kredit juga mengikuti," ujarnya.
Jika sudah tahu penyakit bunga kredit tinggi terletak di biaya dana, BI sebenarnya tidak perlu canggung mengatur. Sejumlah bankir bank kelas menengah kecil yang pernah disurvei KONTAN justru berharap BI tegas mengatur persaingan mengumpulkan dana pihak ketiga. Yang penting aturan berlaku sama dan BI konsisten. Jangan cuma cuma cashback atau special rate, juga undian berhadiah.
Kepala Ekonom Bank BNI, Ryan Kiryanto, mengatakan dengan proyeksi BI rate tetap di 5,75% hingga akhir tahun dan ekspektasi inflasi dibawah 5%, bunga dana tidak berubah. Bahkan ada peluang melandai sehingga bunga kredit tetap stagnan. "Suku bunga simpanan bakal bergerak di kisaran 3%-5% dan suku bunga kredit 10%-20%," ujarnya. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News