kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Bunga kredit multifinance masih anteng


Senin, 19 September 2016 / 11:37 WIB
Bunga kredit multifinance masih anteng


Reporter: Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Suku bunga acuan baru Bank Indonesia (BI), 7 Day Reverse Repo Rate, telah resmi berlaku sejak 19 Agustus lalu. Acuan suku bunga baru yang lebih rendah ini ternyata belum cukup efektif untuk menurunkan bunga kredit multifinance.

Bila mengacu pada data BI hingga 21 Juli 2016, BI rate masih bertengger di 6,50%. Angka lebih mungil diperlihatkan 7 Days Reverse Repo Rate yang sebesar 5,25% pada 19 Agustus 2016.

Nah, meski suku bung acuan yang baru itu menyuguhkan angka yang lebih mini, nyatanya hal tersebut belum cukup efektif menggiring penurunan bunga kredit pada industri multifinance. Kebijakan 7 Days Reverse Repo Rate sendiri mulai berlaku efektif 19 Agustus 2016.

Presiden sekaligus Chief Executive Oofficer (CEO) PT Federal International Finance (FIF Group) Suhartono mengaku belum menurunkan suku bunga pinjaman karena pihaknya juga belum merasakan penurunan bunga permodalan dari perbankan. Namun Suhartono berharap, dalam waktu dekat akan ada kelonggaran bunga kredit dari perbankan kepada FIF Group.

Kata Suhartono, sampai kini tidak ada penurunan pinjaman modal atas kredit yang sudah berjalan. Namun dengan berlakukan bunga acuan yang baru, Suhartono meminta perbankan memberikan relaksasi berupa penurunan bunga pinjaman kepada industri multifinance. "Bunga kredit ke depan harusnya turun. Namun turun menjadi berapa, sangat tergantung pada kondisi pendanaan pasar," jelas Suhartono kepada KONTAN. 

Sumber pendanaan FIF saat ini sebanyak 35%-nya bersumber dari pinjaman bank. Sementara sebanyak 30% lainnya berasal dari obligasi.

Menanti bunga bank

Sejumlah perusahaan pembiayaan mengaku, mereka memang sudah menandatangani pinjaman sindikasi (loan syndication) pada awal bulan lalu. Pinjaman tersebut berasal dari 22 bank sebesar bernilai US$ 225 juta. "Kami melakukan loan syndication di awal Agustus. Bunga pinjaman pun sekarang nilainya jadi lebih baik," ucap Willy Suwandi Dharma, Presiden Direktur PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, Kamis (15/9). 

Willy menyatakan, sejak penandatanganan sindikasi pinjaman itu, pihaknya telah memangkas suku bunga pinjaman 20 bps - 25 bps.
Saat ini total aset anak usaha PT Bank Danamon Tbk itu mencapai sebesar Rp 42 triliun. Dari jumlah ini, sebanyak Rp 4 triliun merupakan ekuitas perusahaan. 

Melihat situasi bunga yang kian kondusif, Adira mengaku lebih memilih pendanaan modal lewat penerbitan obligasi karena tenor yang lebih panjang.
Adapun Jodjana Jody, CEO PT Astra Credit Companies (ACC) menuturkan, kebijakan suku bunga acuan yang baru ini belum berdampak pada bunga kredit perusahaan.

Jodjana mengaku hanya mendapat penurunan bunga pinjaman sekitar 25 bps. Sumber pendanaan ACC sebanyak 40% bersumber dari obligasi. Sisanya berasal dari joint financing sebesar 30%. Adapun sumber pendanaan lain yang diperoleh ACC berasal dari kredit perbankan, baik dalam negeri maupun luar negeri.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×