Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
Aliran modal asing mengalir deras keluar (capital outflow) dari pasar keuangan domestik seiring kepanikan pasar imbas dari krisis Yunani, masih menjadi faktor terbesar anjloknya nilai tukar rupiah pekan silam.
Bank Indonesia (BI) mencatat, anjloknya rupiah hingga menyentuh level Rp 9.300-an tempo hari adalah karena aliran modal asing yang mengalir keluar cukup deras hingga mencapai Rp 10 triliun.
Deputi Gubernur BI Hartadi Agus Sarwono mengungkapkan, sekitar Rp 10 triliun dana asing di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) angkat kaki dari pasar domestik di sekitar periode keterpurukan Rupiah pekan lalu.
"Pelemahan rupiah kemarin (pekan lalu), itu dana asing keluar dari SBI sekitar Rp 10 triliun, mungkin lebih tepat disebut dicairkan karena sebagian (dana asing) tetap masuk ke instrumen Surat Utang Negara (SUN)," ungkap Hartadi saat ditemui di Gedung DPR-RI di Jakarta, Rabu (12/5).
Capital outflow senilai Rp 10 triliun menurut penilaian BI, bukan sesuatu yang luar biasa. Pasalnya, "Keluarnya masih teratur (tidak sekaligus), karena (terjadi) dalam beberapa hari. Pelemahan nilai tukarpun masih di sekitar Rp 9.100, jadi tidak terlalu khawatir," jelasnya.
BI telah bersiap menghadapi skenario terburuk semisal dana asing terus mengalir keluar. Mengingat pengalaman krisis tahun 2008 lalu, BI menyiapkan dana alias likuiditas yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya capital outflow yang lebih dahsyat lagi. "Yang harus kami jaga adalah diperlukannya dana yang besar untuk menutup likuiditas," katanya.
Praktis, BI mengandalkan cadangan devisa yang nilainya US$ 78,5 miliar per akhir April lalu. Namun, Hartadi enggan mengungkap berapa posisi cadangan devisa saat ini. Kemungkinan besar nilai cadangan devisa sudah banyak terkuras untuk menahan kejatuhan rupiah kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













