Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatatkan kenaikan fee based income pada sembilan bulan pertama 2016 sebesar 13,42% year on year menjadi Rp 838 miliar. Tercatat kenaikan terbesar disumbangkan oleh trading dan treasury, yaitu sebesar 40,17% menjadi Rp 170,8 miliar.
Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Iman Nugroho Soeko mengatakan, kenaikan fee dari kegiatan perdagangan efek dan surat berharga ini didorong tren penurunan bunga dan kenaikan harga surat-surat berharga. “Ini masuk dalam pendapatan fix income dari trading,” ujar Iman, Senin (24/10).
Selain itu, menurut Iman, penyumbang komisi tersebesar kedua bagi BTN adalah dari bisnis loan admin fee yaitu sebesar Rp 254,18 miliar. Selain itu, dari layanan kartu dan e-banking BTN mendapatkan fee based sebesar Rp 45,87 miliar.
Direktur BTN Catur Budi Harto mengatakan kedepannya, BTN juga akan mengincar kenaikan fee based dari peredaran uang elektronik. Catur mengatakan untuk uang elektronik, bank akan bekerjasama baik dengan bank maupun dengan non bank dalam bentuk co-branding dan whitelabel.
“Selain itu kami juga akan fokus ke digital banking,” ujar Catur. Nantinya menurut Catur, seluruh aplikasi kredit dan pembukaan kredit juga ditargetkan akan dilakukan dengan sistem mobile.
Direktur BTN Adi Setianto mengatakan untuk mendukung performa IT, BTN sudah melakukan kerjasama dengan Telkom Sigma sebagai penyedia infrastruktur jaringan. “Sehingga kami tidak mengeluarkan belanja modal cukup belanja operasional saja,” ujar Adi.
Sebagai gambaran, budget BTN untuk operasional pusat data ini adalah sebesar Rp 300 miliar sampai Rp 600 miliar. Maryono mengataan untuk digital banking, BTN akan memanfaatkan jaringan Himbara nantinya khususnya untuk sistem pembarayan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News