Reporter: Eka Saputra |
JAKARTA. Wakil Ketua Panja Inflasi dan Suku Bunga Komisi XI DPR, Kemal Azis Stamboel meminta agar perbankan lebih peduli terhadap kondisi perekonomian nasional.
“Peran perbankan belum optimal untuk mendukung ekspansi perekonomian nasional. Penyaluran kreditnya belum maksimal dan masih belum efisien. Kami berharap perbankan tidak egois dan mau memikirkan dan berkontribusi lebih untuk kebaikan perekonomian nasional. Sehingga kapasitas ekonomi bisa meningkat lebih besar, dan kemiskinan dan pengangguran bisa dikurangi. Peningkatan perekonomian dengan sustainabilitas yang baik, tentu akan membawa kebaikan buat semu," paparnya dalam rilis yang diterima Kontan (12/12).
Kemal prihatin, cukup banyak aset perbankan nasional yang hanya berputar di aset keuangan atau paper asset. Menurut data BI, per Oktober 2011 penempatan bank dalam Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 245,97 triliun sementara pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar Rp 418,48 triliun.
Total penempatan ini mencapai 31,4% dari total kredit yang mencapai Rp 2.106,2 triliun. Di sisi lain rasio total aset industri perbankan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 47,2% per September 2011, tetapi rasio penyaluran kredit terhadap PDB hanya 29%. Kondisi ini jauh dari Negara-negara tetangga, di mana rasio penyaluran kredit terhadap PDB di Malaysia 114%, Thailand 117%, dan China 131%.
“Penempatan di paper asset ini terlalu besar dan tentu kurang baik bagi perekonomian nasional. Ada potensi yang tidak maksimal termanfaatkan untuk mendorong laju perekonomian. Selain kesadaran dari para bankir, kami melihat peran pemerintah sebagai pemegang saham bank BUMN dan BI sebagai regulator penting untuk bersama mengambil langkah kebijakan yang konkret,” tambahnya.
Kemal juga menilai bahwa perbankan nasional harus semakin serius meningkatkan efisiensinya. Menurut data BI rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) industri perbankan nasional cukup tinggi, mencapai 86,44% hingga Oktober 2011. Sedangkan rasio BOPO perbankan di kawasan ASEAN berada pada 40%-60%.
Selain itu hingga November spread NIM perbankan Indonesia mencapai 6,4%. Sementara Malaysia hanya 3,54%, Thailand 4%, Filipina 1,21% dan Korea Selatan 2,44%. Bank-bank umum di Indonesia sepanjang Januari-September 2011 telah memperoleh laba bersih Rp 56,74 triliun. Laba tersebut naik 31% dibandingkan periode yang sama di tahun 2010 sebesar Rp 43,36 triliun. Sedangkan bank BUMN memperoleh laba Rp 24,36 triliun.
“Efisiensi yang rendah dan spread bunga yang terlalu tinggi ini tentu membebani dunia usaha dan tidak kondusif untuk ekspansi ekonomi nasional. Kondisi ini harus dibayar mahal oleh masyarakat. Kami harapkan perbankan memperbaiki efisiensinya lebih kuat,” pungkas Anggota DPR dari FPKS ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News