Reporter: Nina Dwiantika, Mona Tobing | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Bank Bukopin dan OCBC NISP menunda rencana menambah anak usaha di sektor keuangan tahun ini. Kedua bank tersebut memilih melakukan konsolidasi internal dan memantau kondisi ekonomi yang belum stabil.
Bank Bukopin menunda pendirian anak usaha asuransi karena kehadiran pemegang saham baru. Bosowa Corporindo yang baru saja mengambil 14% saham Bukopin memang telah memiliki Asuransi Bosowa Periskop yang menawarkan asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan, properti, resiko kontraktor.
Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi, menjelaskan, penundaan pendirian asuransi jiwa patungan karena pemegang saham baru ingin mempelajari bisnis Bukopin di sektor keuangan.
Sejatinya, Bukopin telah memiliki kesepakatan pendirian asuransi patungan dengan investor asing sejak 2012. "Rencana ini tidak dibatalkan tapi ditunda hingga tahun depan," ujarnya, kemarin.
Glen bilang, dalam rencana bisnis bank (RBB), Bukopin ingin memiliki 40% saham asuransi jiwa tersebut. Tetapi porsi tersebut akan diturunkan karena Bosowa juga berencana memiliki anak usaha asuransi jiwa.
Bukopin memang menggebu-gebu mendirikan perusahaan asuransi jiwa. Bank ini ingin memberikan layanan one stop service dengan menjual bundling produk bank dan asuransi. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan pendapatan non bunga atau fee based income.
Kini, Bukopin telah memiliki dua anak perusahaan, yakni Bukopin Finance yang bergerak dalam bidang pembiayaan alat berat dan Bank Syariah Bukopin (BSB). Per Mei 2013, pendapatan non bunga Bukopin Rp 333 miliar, tumbuh 18% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang baru sekitar Rp 282 miliar.
strong>Harga kemahalan
OCBC NISP juga menunda rencana memiliki anak usaha multifinance. Penyebabnya, OCBC NISP tidak menemukan kecocokan harga dengan pemegang saham multifinance incarannya. Dalam aksi korporasi nonorganik ini, OCBC NISP telah menyiapkan dana sebesar Rp 10 miliar.
Multifinance incaran NISP adalah yang beraset Rp 10 miliar. Untuk mendapatkan calon anak usaha ini OCBC NISP sudah melakukan due delilgence (uji tuntas) atas 4 hingga 5 multifinance. "Ekspektasi penjual dan pembeli tidak sama," ujar Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja.
Meski gagal, NISP masih membuka peluang memiliki multifinance. Syaratnya, calon anak usaha itu tidak terafiliasi dengan perusahaan otomotif. Saat ini, pembiayaan otomotif melalui mulitifinance sedang meredup karena kebijakan loan to value (LTV). Apalagi, daya beli masyarakat semakin menurun sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Kini, OCBC NISP belum memiliki anak usaha jasa keuangan. Sebelumnya, OCBC NISP memiliki anak usaha NISP Sekuritas. Pada 2010, pemegang saham sepakat melepas 45% saham NISP Sekuritas seharga Rp 46,12 miliar ke Udayawira Utama milik Keluarga Surjaudaja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News