Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah persaingan bisnis dompet digital, LinkAja memiliki strategi bisnisnya untuk tidak hanya melayani konsumen dalam bentuk business to customer (B2C). Adapun, LinkAja menghadirkan layanan business solution untuk model bisnis business to business (B2B).
Sekadar informasi, layanan business solution LinkAja memberikan berbagai fitur seperti penyaluran dana, pengumpulan kas, digitalisasi pembayaran melalui QRIS, aplikasi merchant dan lainnya, digitalisasi ekosistem dan layanan advertising. Dalam hal ini, mereka menyasar pelaku UMKM serta korporasi di berbagai industri.
“Pertumbuhan pengguna layanan Business Solution LinkAja di tahun 2021 meningkat lebih dari 70% dibandingkan tahun 2020. Dari sisi teknologi, LinkAja memiliki prinsip untuk bisa menghadirkan rangkaian produk teknologi yang dapat membangun ekosistem,” ujar Direktur Operasi LinkAja Widjayanto dalam media briefing, Kamis (16/12).
Hingga saat ini, LinkAja telah bermitra dengan sekitar 200 mitra korporasi di Indonesia yang mengadopsi layanan ini. Beberapa diantaranya adalah Pertamina, Bank Mandiri, Bank BRI, Telkomsel, Sampoerna Retail Community (SRC), dan Bluebird.
Baca Juga: Tarik Tunai OVO Cash Kini Bisa Lewat ATM BCA
Layanan tersebut juga telah diadopsi oleh mitra jaringan ritel (toko kelontong) besar, SRC sejak Februari 2021 dan telah merangkul hingga lebih dari 20.000 mitra SRC di seluruh Indonesia. Kolaborasi dengan SRC telah meningkatkan jumlah dalam hal digitalisasi ekosistem keuangan SRC, dengan volume cashless tumbuh lebih dari 60% per bulan dan cashless transaction di SRC tumbuh di atas 70% per bulan.
“Dalam dua tahun, kita juga sudah mendigitalisasi 400.000 distribution channel dari Telkomsel, outlet-outlet-nya Telkomsel saat ini, baik itu digitalisasi pembayaran, PPOB, dan lending,” imbuhnya.
Di 2022 sendiri, Widjayanto mengatakan bahwa akan semakin agresif untuk memperluas pengguna layanan ini. Mengingat, hal ini sejalan dengan misi dari LinkAja untuk ikut mendorong akselerasi inklusi keuangan digital di Indonesia.
“Dari toko kelontong itu kita targetkan naik 10 kali lipat dan juga dari si merchant bisa penambahan satu juta dari ekosistem B2B,” pungkas Widjayanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News