Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Permasalahan perbankan tahun ini memang agaknya berbeda jika dibandingkan dengan tahun lalu. Jika tahun lalu yang menjadi perhatian banking adalah keringnya likuiditas, tahun ini adalah jumlah kredit macet atau NPL (Non Performance Loan).
Hal ini dirasakan oleh seluruh perbankan Tanah Air. Termasuk Bank Permata.
Direktur Utama Bank Permata Roy Armand Arfandy mengatakan, itu sebabnya tahun ini perseroan lebih memilih menyalurkan kredit ke sektor yang dirasa lebih tahan banting.
Ia menyebut, beberapa sektor yang memiliki potensi pertumbuhan yang menjanjikan di tahun ini antara lain sektor energi, kelautan, pertanian, logistik dan transportasi serta industri makanan dan minuman.
“Bank permata juga secara berkesinambungan terus memantau nasabah dalam sektor industri tertentu yang terkena dampak dari menurunnya harga komoditas dan nilai tukar yang fluktuatif,” ujar Roy, Selasa (7/7).
Sampai kuartal pertama, Bank Permata menganggarkan sebanyak Rp 1,9 triliun untuk cadangan kerugian penurunan nilai kredit.
Sedangkan untuk kredit, tahun ini Roy memprediksi pertumbuhan kredit perseroan hanya akan sebesar 10% dari tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News