kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Juni, ATM bank BUMN kawin


Selasa, 14 April 2015 / 06:13 WIB
Juni, ATM bank BUMN kawin


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah tetap berambisi mewujudkan konsolidasi bank-bank pelat merah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan, konsolidasi mesin teler otomatis (ATM) bank-bank BUMN akan terealisasi pertengahan tahun ini.

Gatot Trihargo, Deputi Bidang Jasa Usaha Kementerian BUMN, menyatakan, lembaganya bakal merampungkan skema detail konsolidasi ATM bank-bank milik pemerintah pada Juni 2015. Poin penting skema tersebut adalah kesepakatan pembagian beban biaya dan jaringan ATM.

"Setiap bulan kami selalu membahas konsolidasi ATM ini dengan direktur bank BUMN untuk memantau perkembangan sinergi," kata Gatot, Senin (13/4).

Pemerintah berharap, konsolidasi ATM merupakan cikal bakal terwujudnya konsolidasi bank BUMN secara institusi. Alasan lain sinergi tersebut adalah, pemerintah ingin menyiapkan bank BUMN menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bidang keuangan yang berlaku di tahun 2020 mendatang.

Soalnya, hitungan Kementerian BUMN, 40% pasar keuangan MEA ada di Indonesia. Atas dasar itulah, pemerintah memaksa terwujudnya sinergi bank pelat merah. "Perbankan nasional terutama BUMN perlu untuk memperkuat backbone yaitu infrastruktur, juga sinergi bisnis," tegas Gatot.

Hemat biaya

Menurut Hery Gunardi, Direktur Consumer Banking Bank Mandiri, saat ini pihaknya terus berkoordinasi dengan bank BUMN untuk menentukan model bisnis dan mekanisme konsolidasi ATM. "Kami harapkan implementasinya mulai dilakukan tahun ini juga," imbuh Hery kepada KONTAN kemarin.

Hery menambahkan, model bisnis konsolidasi ATM bakal menjadi acuan kerjasama di layanan perbankan elektronik atawa electronic banking (e-banking). Perhitungan sementara Bank Mandiri, konsolidasi ATM berimbas terhadap penghematan biaya investasi infrastruktur.

Sebagai gambaran, biaya pengadaan ATM menguras kocek US$ 8.000 hingga US$ 15.000 per unit. Sedang biaya pengelolaannya Rp 5 juta– Rp 10 juta per bulan. Sejatinya, perkawinan bisnis sudah terjadi antara Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI) di layanan mesin gesek atau electronic data capture (EDC). Mesin EDC ketiga bank BUMN tersebut berkonsolidasi di bawah logo LINK pada Agustus 2014.

"Satu mesin EDC bisa di-share oleh tiga bank memang hemat," ujar Hery. Andai konsolidasi ATM terwujud, Bank Tabungan Negara (BTN) yang bakal paling diuntungkan. Sebab, ATM BTN sedikit sehingga bisa menikmati jaringan luas tiga bank lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×