Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Banjir yang menggenangi wilayah Jabodetabek dua hari belakangan ini diperkirakan tidak akan menggerogoti pundi-pundi perusahaan asuransi kerugian seperti tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, seleksi risiko terhadap perluasan asuransi banjir semakin ketat, terutama properti. Banyak pelaku industri yang emoh menutup asuransi banjir di wilayah-wilayah yang langganan terkena musibah banjir.
Fauzi Darwis, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memperkirakan, potensi klaim banjir tahun ini tak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. “Mungkin, klaim banyak datang dari kendaraan bermotor yang terkena banjir,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (10/2).
Lihat saja, hujan lebat yang mengguyur dua hari belakangan ini menghentikan aktivitas masyarakat di jalan raya akibat beberapa daerah tergenang. Akses jalan lumpuh. Bukan tidak mungkin, kendaraan yang digunakan masyarakat melintas ikut terkena dampak banjir. “Saya kira, klaim banjir kendaraan bermotor akan banyak,” imbuh dia.
Soalnya, menurut Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI, masyarakat semakin melek untuk melindungi harta benda mereka dari segala risiko, termasuk bencana banjir. Untuk objek pertanggungan kendaraan bermotor, umumnya asuransi menerima permintaan nasabah. Namun, tidak begitu halnya pada objek pertanggungan gedung perkantoran atau perbelanjaan.
Seleksi risiko terhadap objek pertanggungan gedung untuk asuransi banjir lebih ketat, yakni melihat dari wilayah, dan profil risiko di tahun-tahun sebelumnya. “Tetapi, saya kira, klaim tahun ini tidak akan lebih besar dari tahun lalu. Kalau tahun lalu kan ada bendungan yang jebol, itu di luar prediksi. Kalau sampai hari ini, saya kira masih terkendali,” terang Julian.
Berdasarkan situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pihaknya mencatat ada 53 titik banjir di Indonesia selama1 Januari 2015 – 7 Februari 2015. Dari data tersebut, BNPB melansir, ribuan rumah dan lahan pertanian terendam banjir. Khusus wilayah Jakarta, BNPB menyebut, 16.423 warga terkena dampak banjir. Di antaranya 1.086 jiwa terpaksa mengungsi.
Hingga saat ini, Pusat Data Informasi BNPB mencatat, genangan air di wilayah Jakarta tersebar di 107 titik, yakni 25 genangan di wilayah Jakarta Pusat, 27 di wilayah Jakarta Barat, 25 di wilayah Jakarta Timur, 10 di wilayah Jakarta Selatan, dan 20 di wilayah Jakarta Utara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News