Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - LOMBOK TENGAH. PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk (BTN) menyatakan sampai dengan kuartal III 2017 pihaknya mencatat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ke level 3,07%.
Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan pencapaian kuartal sebelumnya yang mencapai 3,23% atau turun 16 basis poin (bps).
Pun, jumlah tersebut turun drastis jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sempat mencapai 3,6%.
Direktur BTN Nixon Napitupulu mengungkap mayoritas kredit bermasalah perseroan masih berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR) non-subsidi.
Adapun, upaya penyelesaian yang dilakukan perseroan guna menekan laju NPL secara mayoritas masih berupa penjualan aset.
"Rata-rata penyelesaiannya kami jual renovasi tapi memang ada sebagian yang direstrukturisasi," ujarnya di Mandalika, Lombok Tengah, Jumat (20/10).
Kendati belum dapat merinci secara detil, Nixon menilai NPL dari sisi KPR subsidi memang mengalami penurunan secara signifikan. Hanya saja, untuk KPR non-subsidi sampai dengan kuartal III 2017 masih ada kenaikan.
"Kalau didalami, harus kami akui KPR subsidi turun signifikan. KPR non-subsidi masih naik secara year on year (yoy), komersial tapi memang turun," tambahnya.
Gambaran saja, Nixon mengatakan untuk KPR subsidi BTN mencatat kenaikan mencapai 28%. Jumlah tersebut dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan KPR non subsidi yang tumbuh 11%-12%.
Pihaknya menambahkan, rata-rata KPR non subsidi BTN yang menjadi bermasalah diakibatkan ketidakmampuan membayar dari sisi nasabah. Terutama rumah dengan ticket size di atas Rp 300 juta.
Langkah lain yang ditempuh BTN untuk menyapu kredit bermasalah antara lain dengan membentuk Asset Management Unit (AMU).
Meski belum beroperasi secara penuh, pihaknya mencatat sedikitnya ada Rp 150 miliar aset bermasalah BTN yang dibeli.
Sebelumnya, Nixon mengatakan AMU BTN ditarget dapat mengatasi sedikitnya Rp 500 miliar aset bermasalah perseroan.
"Sekarang masih ratusan miliar (AMU), karena saat ini masih belajar jual dulu tapi perlahan sudah mulai beli," ungkap Nixon.
Lebih lanjut, bank bersandi emiten BBTN ini mengatakan sampai akhir tahun masih ada sekitar Rp 500 miliar kredit bermasalah yang akan direstrukturisasi perseroan.
Hal ini guna mencapai target NPL BTN sampai akhir tahun di bawah 2,8%.
Sebagai tambahan informasi saja, sampai dengan bulan Agustus 2017 BTN masih mencatatkan kinerja cukup signifikan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, total kredit perseroan tercatat mencapai Rp 165,09 triliun. Jumlah tersebut naik 19,41% secara tahunan dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 138,24 triliun.
Sementara dari sisi dana pihak ketiga (DPK), per Agustus 2017 BTN berhasil menghimpun sebesar Rp 138,24 triliun atau meningkat 12,76% secara yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News