kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laba BCA diproyeksi stabil pada 2016


Kamis, 03 Maret 2016 / 19:47 WIB
Laba BCA diproyeksi stabil pada 2016


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tidak muluk-muluk membidik pertumbuhan laba bersih di tahun ini. Pasalnya, perusahaan lebih realistis menghadapi pertumbuhan bisnis perbankan di tengah perlambatan ekonomi, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan desakan penurunan bunga kredit.

“Laba bersih tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun 2015. Tapi, secara pertumbuhan tidak akan berbeda jauh,” jelas Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, Rabu (3/3). Sayang, ia enggan menyampaikan target pertumbuhan laba pada tahun ini, karena laba sangat tergantung pada pertumbuhan kredit dan biaya operasional.

Sekadar gambaran, BCA membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar Rp 18,01 triliun per Desember 2015, tumbuh 9,3% dibandingkan posisi Rp 16,48 triliun per Desember 2014. Laba bersih tersebut berasal dari pendapatan bunga bersih senilai Rp 35,89 triliun dan pendapatan non bunga senilai Rp 11,98 triliun.

Jahja menambahkan, BCA akan mengimbangi pertumbuhan laba melalui pendapatan bunga, pendapatan berbasis komisi atau fee based income, dan efisiensi jasa fisik. Misalnya dari sisi pendapatan bunga, perusahaan membidik pertumbuhan kredit sebesar 10% di tahun 2016 dengan kredit korporasi dan konsumer masih menjadi andalan.

Jika ekonomi membaik, likuiditas cukup dan rasio kecukupan modal terjaga, perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan kredit di atas 10% pada proses revisi rencana bisnis bank (RBB) di semester II/2016. Nah, volume kredit yang terus naik akan mengangkat pertumbuhan pendapatan bunga.

Kredit yang tumbuh tinggi ini tidak mengiringi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sejajar dengan pertumbuhan kredit karena likuiditas berlebih dikantong pendanaan. Misalnya, BCA hanya membidik pertumbuhan DPK sebesar 6%-7% di tahun 2016 dengan porsi tabungan dan giro masih akan menguasai simpanan.

Data terkahir DPK tercatat tumbuh 5,81% menjadi Rp 473,66 triliun per Desember 2015 dibandingkan posisi Rp 447,90 triliun per Desember 2014. Jahja menambahkan, DPK tumbuh rendah ini karena bunga deposito BCA kurang menarik bagi deposan sehingga perusahaan sempat kehilangan dana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×