kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.220   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Laba Samsung Tugu merosot


Rabu, 10 April 2013 / 09:00 WIB
Laba Samsung Tugu merosot
ILUSTRASI. Hand Cream


Reporter: Feri Kristianto |

JAKARTA. Kegelisahan industri asuransi terhadap penerapan sistem pelaporan keuangan PSAK 62 yang merujuk International Financial Reporting Standards (IFRS), mulai terbukti. Metode baru ini berdampak ke pencatatan kinerja perusahaan asuransi.

Lihat saja laba PT Asuransi Samsung Tugu. Per akhir 2012, labanya merosot 33% menjadi Rp 14,2 miliar. Perusahaan patungan Samsung Fire and Marine dengan PT Tugu Pratama Indonesia ini berdalih penyebabnya adalah standar akuntansi baru.

Usmansah, Direktur Keuangan Samsung Tugu, menjelaskan, perolehan premi tahun lalu sejatinya sangat bagus. Perusahaan yang 70% sahamnya dikuasai Samsung Fire and Marine ini membukukan premi bruto Rp 263,5 miliar, atau naik 53,6%. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan premi industri yang hanya sebesar 13%.

Sayangnya, pencapaian itu tidak menolong pencatatan kinerjanya. Sebab, sistem perhitungan yang diadopsi pada laporan keuangan 2012 ini berbeda dibandingkan metode tahun sebelumnya. Salah satu contohnya, penghitungan cadangan premi. Dus, beban klaim Samsung Tugu pada tahun lalu meningkat 147% menjadi Rp 147,5 miliar.

Beban underwriting pun menjadi lebih besar, sehingga hasil underwriting hanya Rp 41,35 miliar, turun 4,8% dari tahun sebelumnya. Ini mengakibatkan kemerosotan laba. Hasil investasi tahun lalu sebesar Rp 12 miliar atau tumbuh 77,4% juga tak banyak membantu.

Usmansah bilang, meski laba merosot, kinerja tetap baik. Buktinya, tingkat solvabilitas modal mencapai 279%, di atas batas ketentuan risk based capital (RBC) minimum 120%. Selain itu, modal disetor Samsung Tugu mencapai Rp 133,3 miliar atau jauh di atas ketentuan modal minimum tahun 2012 Rp 70 miliar.

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sudah menyuarakan kekhawatiran dampak penerapan IFRS. Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI bilang, masih ada ketidakpahaman di tingkat pelaku terkait sistem penghitungan. Makanya jika dipaksakan, kinerja asuransi tahun 2012 terlihat menurun. "Penurunannya signifikan tetapi itu hasil perhitungan saja, sebenarnya kinerjanya tetap," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×