kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Margin bunga bank mulai turun


Senin, 22 Desember 2014 / 06:32 WIB
Margin bunga bank mulai turun
ILUSTRASI. Permen kopi Kopiko produksi PT Mayora dengan tulisan korea dipajang di etalase pusat belanja di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dea Chadiza Syafina, Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Para bankir memproyeksikan rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan tahun depan masih di atas 4%. Proyeksi angka itu lebih mini ketimbang periode sebelumnya. Meski demikian, NIM itu masih tetap paling tinggi dibandingkan dengan NIM perbankan di Asia Tenggara yang berada di kisaran 3,5%.

Gatot M. Suwono, Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI), menargetkan BNI akan mencetak rasio NIM sebesar 5,75%–6% pada tahun depan. Target rasio NIM ini tidak jauh berbeda dengan realisasi NIM tahun ini yang berada di kisaran 6,13% hingga kuartal III 2014.

Biaya dana alias cost of fund yang terus naik seiring dengan perebutan dana mahal di pasar, disebut Roy A. Arfandy, Presiden Direktur Bank Permata, sebagai salah satu penyebab menurunnya rasio NIM bank pada tahun depan sehingga lebih rendah daripada tahun ini. Situasi ini sejatinya sudah terjadi sejak awal tahun 2014. "Kami proyeksikan NIM tahun depan ada di kepala 4%," beber Roy kepada KONTAN, kemarin .

Dalam menetapkan rasio NIM, para bankir mengaku harus menghitung risiko likuiditas dan risiko kredit. Misalnya saja risiko likuiditas dari dampak pertumbuhan biaya deposito seb esar 1,8% dibandingkan satu tahun lalu.

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, menuturkan, selain risiko likuiditas, risiko kredit juga meningkat. Sebab, perlambatan pertumbuhan ekonomi berpotensi menaikkan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL). OCBC NISP sendiri menargetkan rasio NIM tahun 2015 berada di kisaran 4,1%–4,4%. Hingga September 2014, rasio NIM OCBC NISP berada di level 4,13%.

Parwati berharap, OCBC NISP mampu menjaga risiko kredit bermasalah pada tahun 2015. Dengan strategi itu, OCBC bisa menjaga pendapatan bunga serta laba bersihnya pada tahun 2015. Genjot biaya murah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap rasio NIM perbankan di Indonesia bisa berada di bawah 4,5% pada tahun 2015.

Nelson Tampubolon, Anggota Komisioner OJK bidang Perbankan menegaskan, penurunan margin bunga akan turut menurunkan bunga kredit perbankan. Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Oktober 2014 mencatat, NIM perbankan memang terlihat menurun. Rasio NIM Oktober 2014 berada di posisi 4,24% dari setahun lalu di level 5,50%.

Untuk menyiasati kenaikan biaya dana, Eko Budiwiyono, Direktur Utama Bank DKI Jakarta mengatakan, bank milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini akan meningkatkan porsi dana murah.

"Tahun depan kami akan meningkatkan sumber dana murah hingga porsinya mencapai 60%," terang Eko. Tahun 2015, Eko memperkirakan NIM Bank DKI susut menjadi 5,5%, dari posisi saat ini yang berada di kisaran 6,2%. Biaya dana yang tinggi, lanjut Eko, bakal terus menggerus margin lantaran bank tidak bisa serta merta mengerek bunga kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×