kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyusul OCBC, DBS Grup juga mundur dari rencana akuisisi saham Bank Permata (BNLI)


Jumat, 15 November 2019 / 17:31 WIB
Menyusul OCBC, DBS Grup juga mundur dari rencana akuisisi saham Bank Permata (BNLI)
ILUSTRASI. Obligasi Subordinasi Bank Permata Tbk (BNLI): Pelayanan nasabah di Bank Permata Tbk (BNLI), Jakarta Selatan, Selasa (24/5). PT Bank Permata Tbk (BNLI) menerbitkan obligasi subordinasi II (subdebt) senilai Rp 1 triliun dengan tingakt suku bunga tetap pada


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID - KONTAN.  Pasca Oversea-Chinese Bangking Corp  (OCBC) dikabarkan urung akuisisi saham PT Bank Pertama Tbk, kini beredar kabar DBS juga memilih keluar dari proses penawaran atas saham PT Bank Permata Tbk atau BNLI.

Dikutip dari breaking news Reuters dan Bloomberg(15/11), dari sumber Reuters yang tak mau disebut namanya,  DBS Group juga memilih keluar dari proses penawaran untuk saham BNLI. Belum ada keterangan lebih lanjut atas berita tersebut.  Jika kabar ini benar, sudah ada dua calon investor yang mundur dari proses yakni OCBC dan DBS. Padahal, sebelumnya, OCBC dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk membeli sekitar 90% saham BNLI senilai US$ 1,9 miliar atau setrara Rp 26,6 triliun (dengan kurs Rp 14.000)

Pasca kabar mundurnya OCBC, saham BNLI anjllok 7,32% menjadi Rp 1.140 per saham dalam penutupan perdagangan, Jumat (15/11). Ditengarai, kabar inilah yang membuat saham BNLI anjlok.

Yang pasti, Standard Chartered dan PT Astra International masing-masing memiliki 45% saham di Bank Permata yang memiliki nilai pasar US$ 2,4 miliar.  Sayangnya dua belah pihak, baik Standart Chartered dan Astra Internasional belum bersedia memberikan keterangan terkait masalah ini.

Merujuk kinerja kuartal III 2019, ;aba Bank Permata tecatat meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 1,1 triliun atau setara US$ 78 juta.  Pertumbuhan pendapatan bunga mendorong laba bank dengan kode saham BNLI.

Meski begitu, secara historis,  tahun 2017,  Bank Permata sempat mengalami penurunan kinerja akibat tingginya rasio kredit atau aset bermasalah. Hal ini membuat Astra dan Standard Chartered menyuntikan modal ke perusahaan. 

Nah, tahun ini Standard Chartered dengan tegas menyatakan bahwa investasinya di Permata tak lagi menjadi pilihan utama, hal ini mengindikasikan bahwa pihak Standard Chartered tengah bersiap untuk angkat koper dari BNLI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×