kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Meski turun, rasio modal perbankan masih kuat


Selasa, 21 Agustus 2018 / 15:04 WIB
Meski turun, rasio modal perbankan masih kuat
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring kencangnya ekspansi perbankan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan pun mengalami penurunan.

Kendati masih dalam batas aman, posisi CAR secara industri berada di level 22,01% per Juni 2018. Rasio tersebut menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,74%. Selain itu, posisi pada semester I 2018 tersebut merupakan rasio terendah dalam kurun waktu enam bulan terakhir.

Bila dirinci, menyusutnya CAR pada bulan Juni 2018 antara lain dikarenakan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) tumbuh lebih deras dibandingkan modal. Per Juni 2018 total ATMR perbankan mencapai Rp 5.345,48 triliun tumbuh sebesar 11,1% secara year on year (yoy). Sementara total modal perbankan baru tumbuh 7,5% yoy menjadi sebesar Rp 1.176,67 triliun pada paruh pertama tahun 2018.

Kendati demikian, sejumlah bank menyebut kondisi CAR masih terbilang aman untuk melakukan ekspansi untuk jangka pendek, menengah maupun panjang. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya yang menyebut saat ini pihaknya masih membukukan CAR sebesar 22,55% per akhir Juni 2018.

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha menilai jumlah tersebut praktis tidak terlalu banyak berubah dibandingkan posisi setahun sebelumnya yakni 23,08%.

Bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut menyebut, dengan kondisi CAR menembus 22%, total modal perseroan cukup untuk mendanai keperluan ekspansi untuk lima tahun ke depan. Alhasil, Ferdian menyebut Bank Jatim belum memiliki rencana untuk melakukan penambahan modal. Baik tambahan modal dari pemegang saham, maupun melalui penerbitan surat hutang dalam waktu dekat.

"CAR Bank Jatim cukup sampai dengan lima tahun ke depan. Posisi kami saat ini di kisaran 23% sampai 24%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (21/8).

Hingga akhir tahun, bank bersandi emiten BJTM ini optimis CAR akan tetap terjaga di level minimal 23%.

Sedikit berbeda, PT Bank Mayapada Internasional Tbk justru berencana melakukan aksi korporasi tahun ini guna memperkuat modal. Antara lain, dengan melakukan penerbitan saham baru atau rights issue dengan target dana sebesar Rp 2 triliun.

Selain rights issue, pihaknya juga akan menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) sebesar Rp 3 triliun. Kedua aksi korporasi ini rencananya akan dilangsungkan pada September 2018 mendatang. Bila seluruh target dana tercapai, otomatis bank milik taipan Dato Sri Tahir ini bakal mendapat kucuran dana segar, yang akan dipakai sebagai modal untuk ekspansi.

Catatan saja, per Juni 2018 lalu posisi CAR Bank Mayapada terbilang tipis yakni 13,88%. Bila seluruh aksi korporasi pada tahun ini rampung, diperkirakan CAR perseroan akan meningkat menjadi 20% pada akhir kuartal III 2018 mendatang.

Meski gencar melakukan aksi korproasi, Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi mengungkapkan, rights issue maupun penerbitan obligasi bukan satu-satunya cara untuk memperkuat modal.

Hal tersebut hanya dilakukan ketika struktur permodalan belum stabil, serta biasanya surat berharga dikeluarkan untuk memenuhi keperluan pendanaan kredit oleh bank terutama untuk kredit jangka menengah.

Selain dari aksi korporasi, perolehan laba bank sangat mungkin untuk memperkuat permodalan. "Dari laba perseroan bisa dijadikan untuk memperkuat struktur permodalan juga di samping rights issue dan penerbitan subdebt," ungkapnya.

Lebih lanjut, Haryono menilai menjelang akhir tahun atau di awal tahun 2019 mendatang. Kemungkinan akan banyak bank yang mencari pendanaan untuk memperkuat struktur permodalan.

Selain untuk kebutuhan ekspansi, modal tambahan dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bakal diperbaharui tahun depan.

"Kami akan berusaha untuk CAR selalu di atas 13%, dan apalagi tahun depan akan mulai diterapkan PSAK yang baru," katanya. Haryono menilai, pihaknya belum berencana untuk melakukan aksi korporasi kembali di tahun 2019.

Menurutnya, saat ini pihaknya tengah fokus untuk menjaring dana lewat aksi korporasi tahun 2018 ini.

Selain Bank Mayapada, PT Bank Bukopin Tbk juga sudah melakukan rights issue pada awal kuartal III 2018 lalu. Lewat aksi tersebut, Bank Bukopin memperoleh dana segar sebesar Rp 1,46 triliun. Lewat penambahan modal tersebut, CAR perseroan pun terkerek naik menjadi di kisaran 13,5%. Setelah sempat susut ke level 11,12% pada Juni 2018 lalu.

Direktur Keuangan Bank Bukopin Rachmat Kaimmudin mengatakan seluruh dana tersebut masuk ke dalam komponen modal tier 1. Lewat hal ini, tier 1 Bukopin melesat naik sekitar Rp 1,5 triliun. Tak puas dengan rights issue, pihaknya berencana untuk menerbitkan surat hutang. Hal ini dilakukan guna menggenjot rencana ekspansi perseroan, terutama dari sisi kredit setelah sempat melambat.

Namun, rencana tersebut baru akan terwujud pada kuartal I 2019 mendatang. "Obligasi rencananya tahun depan pada Kuartal I. Jumlahnya belum ada, nanti kalau sudah fixed (pasti)," tuturnya.

Sekadar informasi, statistik perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan kelompok BUKU I memiliki CAR sebesar 20,44% per Juni 2018. BUKU II 25,1%, BUKU III 23,96% dan BUKU IV 20,14%. Seluruhnya menurun dari posisi Juni 2017, antara lain BUKU I 20,87%, BUKU II 24,81%, BUKU III 24,92%, dan BUKU IV 20,88%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×