Reporter: Galvan Yudistira, Riska Rahman | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Prospek industri perbankan Indonesia naga-naganya makin cerah. Tak ayal, lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investors Service pun memoles outlook atau prospek industri perbankan Indonesia.
Terbaru, Moody's mengerek outlook perbankan Indonesia dari stabil menjadi positif. Pandangan dari Moody's ini akan menjadi bahan bakar baru pendongkrak harga saham emiten perbankan.
Tahun ini, indeks saham sektor finansial memang menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dari awal tahun, indeks saham sektor finansial sudah menanjak 13,76% menjadi 921,19 hingga Selasa (13/6). Kenaikan indeks sektor keuangan itu hampir dua kali lipat dari pertumbuhan IHSG yang hanya 8,18% di periode sama.
Dalam pernyataannya, kemarin, Moody's menyebutkan bisnis perbankan Indonesia dalam dua tahun ke depan semakin prospektif. Keputusan menaikkan outlook itu berlandaskan lima faktor.
Srikanth Vadlamani, Vice President and Senior Credit Officer Moody's mengatakan, kelima faktor itu yakni kondisi bisnis yang semakin membaik; kualitas aset permodalan; dukungan pemerintah; likuiditas yang stabil; dan kemampuan mencetak laba lebih baik. Kondisi bank membaik lantaran dukungan kebijakan makro ekonomi, dan membaiknya harga komoditas, tulis Vadlamani dalam laporan yang diterima KONTAN, kemarin.
Perbaikan kualitas aset berdampak pada penurunan kredit macet yang berlanjut tumbuhnya kredit serta kemampuan mencetak laba.
Rico Rizal Budidarmo, Direktur Keuangan dan Risiko Kredit Bank Negara Indonesia (BNI) menyatakan, keputusan Moodys ini merupakan angin segar bagi perbankan lokal karena meningkatkan nilai industri perbankan Indonesia di mata investor global.
Outlook dari Moodys akan bermanfaat positif bagi bank nasional yang akan merilis surat utang rupiah maupun valas. Peluang mendapatkan sumber dana murah pun terbuka lebar, dan pada gilirannya bisa menekan bunga kredit.
Muliaman Hadad, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakin keputusan Moody's menjadi katalis positif bagi perbankan. Kami harapkan outlook positif Moodys bisa memacu kinerja perbankan, kata dia.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan berpendapat, industri perbankan dalam negeri memang mulai bangkit. Tidak seperti tahun lalu yang dipenuhi tekanan pertumbuhan kredit yang lambat serta tingginya tingkat kredit macet.
Tahun lalu, pertumbuhan kredit perbankan hanya berkisar 7,87%. Namun hingga Mei 2017, kredit perbankan mampu tumbuh dua digit di level 10,39%. Alhasil, saham sektor perbankan pun terkerek. "Sektor perbankan kini sudah bangkit," ujar Alfred.
Target PDB sebesar 5,4% di tahun 2018 yang dibuat pemerintah, kata Alfred, menunjukkan keyakinan bahwa ekonomi mulai bergerak ekspansif. "Akibatnya, pembiayaan perbankan semakin didorong secara optimal," kata Alfred.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News