Reporter: Mona Tobing | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Dari sumber dana murah, perusahaan pembiayaan bisa memberikan bunga kredit lebih ringan. Untuk itu, multifinance tak ragu memperbesar pendanaan bersumber dari pasar modal.
Tengok saja, tahun ini Astra Sedaya Finance (ASF) mematok sebanyak 35% sumber dana berasal dari pasar modal. Selebihnya dari perbankan. Rinciannya, sebanyak 20% dari pinjaman bank dalam negeri, 19% dari pembiayaan bersama atau joint venture dan 26% dari pinjaman bank luar negri.
Manajemen Astra Sedaya memiliki tiga alasan mengapa mencari pendanaan dari pasar modal. Pertama, sumber pendanaan pasar modal lebih likuid dan cepat. Kedua, diversifikasi pendanaan. Terakhir, ujung-ujungnya untuk mempertahankan bunga.
"Jangan sampai biaya dana kami naik, padahal tantangan multifinance tahun ini adalah mempertahankan bunga lebih murah," ujar Djony Bunarto Tjondro, Direktur Utama ASF, Senin (27/5). Saat ini, bunga kredit ASF ke pembiayaan mobil baru sebesar 13%, sedangkan mobil bekas sebesar 15%.
Untuk menyerap dana dari pasar, kemarin ASF menerbitkan obligasi berkelanjutan II, senilai Rp 10 triliun. Pada tahap pertama tahun ini, utang yang dirilis Rp 3 triliun.
Rinciannya, kupon seri A berjangka waktu 370 hari, antara 6,25%-6,75%. Seri B dengan tenor 24 bulan, berbunga 6,75%-7,25%. Sedangkan seri C dengan periode 36 bulan, berkupon sebesar 7,25%-7,75%.
Nantinya, seluruh hasil penerbitan obligasi akan mengalir ke penyaluran pembiayaan. Sampai akhir tahun nanti, ASF menargetkan membiayai pembelian mobil baru dan bekas senilai Rp 22,5 triliun, naik 10% dibandingkan tahun lalu.
Mengandalkan induk
Sebelumnya, KONTAN mencatat ada dua multifinance yang baru-baru ini menerbitkan surat utang dari pasar modal. Mereka adalah BII Finance Center dan Mandiri Tunas Finance.
BII Finance Center, yang tetap mengandalkan pendanaan dari induknya yaitu Bank Internasional Indonesia (BII), akan menerbitkan obligasi senilai Rp 1,5 triliun. "Pasar modal hanya alternatif. Kami masih mengandalkan pendanaan lewat joint financing," kata Alexander, Direktur Utama BII Finance Center.
Dari pendanaan bersama dengan induknya tersebut, BII Finance Center berharap mendapatkan dana segar Rp 5 triliun, dari total target pembiayaan Rp 8,4 triliun. Sedangkan dari bank lain diperkirakan mencapai Rp 1,9 triliun.
Alexander menjelaskan, pilihan pendanaan lewat perbankan bisa membantu perusahaan menekan biaya pendanaan, sehingga ujungnya berimbas pada tawaran bunga pembiayaan yang lebih kompetitif pada debitur.
Sedangkan Mandiri Tunas menerbitkan obligasi Rp 500 miliar sebagai bagian Penerbitan Umum Berkelanjutan I senilai Rp 1,25 triliun. Anton Herdianto, Direktur Keuangan Mandiri Tunas, mengatakan sumber pendanaan terbesar masih dari Bank Mandiri.
Dari target pembiayaan sampai akhir tahun senilai Rp 12 triliun, Anton memastikan sebesar 90% berasal dari joint financing. Sisanya, 10% dari pasar modal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News