Reporter: Christine Novita Nababan, Tendi Mahadi | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Awas, kredit macet membayangi perusahaan pembiayaan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan, ada kenaikan non performing loan (NPL) untuk bisnis multifinance pada Juni 2014 dibandingkan bulan sebelumnya.
Adapun rasio NPL bisnis pembiayaan per Juni lalu mencapai 1,47%. Sedangkan pada bulan Mei, rasio NPL multifinance hanya 1,32%.
Lucky F. A. Hadibrata, Deputi Komisioner Manajemen Strategis OJK menyebutkan, rasio pembiayaan bermasalah merangkak naik lantaran biaya dana meningkat yang dipengaruhi oleh suku bunga pinjaman.
Masih di periode yang sama, pertumbuhan multifinance juga ikut melambat yakni hanya 12,5% menjadi Rp 360,93 triliun. Padahal di Juni tahun lalu, pertumbuhan multifinance bisa mencapai 13,5%.
Selain tingkat suku bunga, perlambatan ekonomi global dan domestik membuat rasio NPL tinggi. "Kendati demikian, rasio pembiayaan bermasalah multifinance ini masih jauh di bawah ketentuan sebesar 5%," kata Lucky
Senada seirama dengan Lucky, Anton Herdianto, Direktur Mandiri Tunas Finance juga mengatakan, kenaikan NPL lantaran tingkat suku bunga perbankan yang makin tinggi. Ketika bunga dijual semakin mahal, potensi mandeknya cicilan kredit juga makin besar.
Demi menghindari kredit macet, Mandiri Tunas Finance tak langsung menaikkan selling rate supaya pembayaran cicilan dari debitur berjalan mulus. Meski harus memotong margin, Mandiri Tunas Finance masih memerhatikan selisih bunga dengan memperbesar penyaluran kredit yang sehat.
Alhasil, sampai Juni, rasio NPL Mandiri Tunas Finance justru turun menjadi 1,12%. Padahal, pada Juni tahun lalu, NPL Mandiri Tunas Finance sebesar 1,19%. "Sampai akhir tahun diharapkan bisa terjaga," kata Anton.
Cara lain yang dilakukan Mandiri Tunas Finance menekan rasio NPL adalah memperbesar penyaluran kredit ke segmen menengah atas. Pasalnya, segmen ini lebih kebal terhadap situasi ekonomi saat ini. "Selain bisa menekan NPL, optimalisasi account receivable (AR) juga ternyata berhasil meningkatkan penyaluran pembiayaan kita," imbuh Anton.
Willy Suwandi Dharma, Presiden Direktur Adira Finance mengatakan akan mempertahankan rasio NPL di angka 1,3% sampai akhir tahun. "Mulai dari awal ampai efektivitas collection terus kami jaga agar kredit tetap sehat," ungkap Willy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News